Daerah

Mesjid Sebagai Pusat Gerakan Aqidah Aswaja

Senin, 18 April 2016 | 00:00 WIB

Mesjid Sebagai Pusat Gerakan Aqidah Aswaja

ilustrasi

Sumedang, NU Online
Untuk mewujudkan mesjid sebagai pusat gerakan pemeliharaan akidah Ahlussunnah wal Jama'ah Annahdliyah, sebagai pusat pelayanan dan kesehatan umat, pusat keilmuan, dan sumber pendidikan, Pengurus Lembaga Ta'mir Mesjid (LTM) Nahdlatul Ulama Kabupaten Sumedang kembali menggelar Pelatihan Muharrik Mesjid pada hari Sabtu, 16 April 2016. 

Seluruh pengurus DKM se-Kecamatan Jatinangor yang berjumlah sebanyak 50 orang berkumpul di Mesjid Pondok Pesantren Al-Falah untuk mendapatkan materi tentang muharrik masjid.

Ketua LTMNU Kabupaten Sumedang Ust. Eman Sulaeman mengatakan bahwa pelatihan Muharrik Mesjid Nahdlatul Ulama ini menjadi program utama Pengurus LTMNU kabupaten Sumedang. Tujuan utamanya yaitu membentengi masjid-mesjid Nahdlatul Ulama dari rongrongan paham-paham radikal di luar paham Ahlussunnah wal Jama'ah An-Nahdliyah. 

Selain itu ingin menyampaikan tentang pentingnya Kegiatan Muharrik Mesjid demi terciptanya pengurus masjid yang paham betul terhadap kegiatan-kegiatan ta'mir mesjid ala Ahlussunnah wal Jama'ah An-Nahdliyah.

Dalam kesempatan itu hadir pula Wakil Rais PCNU Sumedang Kiai Ade Gaos. Ia memaparkan secara detail dan terperinci materi tentang Ke-Aswaja-an ala Nahdlatul Ulama. 

Ia juga mengutip pepatah Arab, "Kebaikan yang tidak terorganisir akan dikalahkan oleh kebathilan yang terorganisir". Selain itu Kiai Ade Gaos juga membangkitkan semangat juang dan kecintaan warga Nahdliyin di daerah Jatinangor terhadap Nahdlatul Ulama dengan menyampaikan pepatah bijak Kiai As'ad: "Jadikanlah NU itu sebagai istrimu yang engkau nafkahi, bukan sebagai suami yang engkau jadikan sebagai pemberi nafkah".

Selanjutnya untuk terciptanya warga Nahdliyin yang aman sejahtera, Kiai Ade Gaos mengajak warga untuk bersama-sama membesarkan Nahdlatul Ulama khususnya di daerah Kabupaten Sumedang. 

Ketua LTMNU Kabupaten Sumedang sempat pula mengutip kata-kata bijak salah satu Kiai NU "Bangsa yang paling celaka adalah bangsa yang tidak mengetahui sejarah bangsanya sendiri, lebih-lebih umat yang tidak mengetahui sejarah agamanya sendiri" (Al-Habib Muhammad Luthfi bin Yahya). (Dede Rohmat Apandi/Mukafi Niam)


Terkait