Peniraman, NU Online
Para santri hendaknya tidak mencukupkan studinya hanya di pesantren. Ada baiknya juga bisa melanjutkan hingga pendidikan tinggi seperti di kampus.
Hal tersebut disampaikan Pengasuh Yayasan Pondok Pesantren Darut Talibin (YPPDT) Peniraman, Kalimantan Barat KH Muhajir Alwi, Rabu (31/7).
Pesan disampaikan kepada para santrinya ketika hendak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan yang telah lolos. Baik di Universitas Tanjungpura Pontianak maupun di Politeknik Negeri Pontianak, serta di berbagai universitas lainnya.
"Kepada seluruh para santri maupun siswa MA Darut Tolibin, agar bisa belajar dengan baik di universitas yang diampuh dan bisa kembali mengamalkan ilmu yang mereka dapat ke YPPDT," katanya kepada tim junalis, termasuk NU Online.
KH Muhajir Alwi berharap kepada seluruh santrinya agar bisa bermanfaat bagi agama, bangsa dan negara serta bagi masyarakat. “Sehingga bisa terus mengabdikan ilmunya ke pesantren ini,” ungkapnya.
Oleh sebab itu, ilmu pengetahuan dan keterampilan tambahan menjadi hal penting agar kelak berguna di masyarakat. "Harapannya kepada seluruh santri, agar mereka bisa bermanfaat bagi masyarakat luar, dan bisa selalu mengabdikan ilmunya ke pesantren ini,” tegasnya.
Menurutnya, para santri yang berstatus mahasiswa hendaknya menyisihkan waktu untuk tetap hadir dipesantren. Hal tersebut penting untuk menyambung silaturahim dan tambahan pengetahuan agama.
“Seluruh santri agar setiap pekan tetap aktif hadir ke pesantren, untuk mengaji atau belajar kitab agar tali silaturahmi tidak putus,” harapnya.
Dalam pandangan KH Muhajir, bahwa mempertahankan karakter seorang santri sangatlah penting . “Karena santri merupakan pemeran aktif bagi masyarakat, sebagai contoh tauladan bagi kehidupan,” ungkapnya.
Sosok itulah yang kini tetap terus dibutuhkan agama, masyarakat dan bangsa. Jangan sampai sosoknya kemudian berubah mana kala menempuh pendidikan lebih tinggi yakni di kampus.
"Mempertahankan sosok seorang santri adalah suatu yang sangat saya harapakan. Santri Darut Tolibin agar bisa menjadi manusia yang terjelek ketika di hadapan diri sendiri dan menjadi seorang kesatria ketika di hadapan orang lain," tandasnya. (Maulida/Ibnu Nawawi)