Daerah

MINU, Kedepankan Pendidikan Karakter Aswaja

Selasa, 4 Desember 2012 | 10:09 WIB

Semarang, NU Online
Jarum jam menunjukkan pukul 05.30 pagi. Murid-murid Madrasah Ibtida’iyah Nahdhotul Ulama’ Wali Songo (MINU Wali Songo) sudah banyak yang berdatangan. Mereka disambut para dewan Guru di pintu masuk sekolah. Mereka bersalaman dengan semua Guru. 
<>
Ketika masuk lingkungan sekolah alunan ayat-ayat suci Al-Qur’an terdengar menggema ke seluruh penjuru sudut-sudut bangunan sekolah, membuat siapa saja yang mendengar akan merasakan kesejukan dan ketentraman batin.

15 menit kemudian kira-kira pukul 06.45 semua siswa dengan bersemangat menuju halaman Masjid yang kebetulan terletak persis di depan sekolah.

Dengan di dampingi Wali kelas masing-masing anak-anak berbaris rapi dan tertib melaksanakan kegiatan rutin di pagi hari yang dicanangkan oleh para dewan Guru MINU Wali Songo, yaitu Pembiasaan Karakter Aswaja, disingkat PKA.

Dari namanya saja, mungkin sudah bisa digambarkan bahwa kegiatan ini tentang Ahlussunnah wal Jama’ah. Memang benar, kegiatan ini memuat beberapa amalan-amalan yang biasa dijumpai dalam Ahlussunnah wal Jama’ah.

Seperti kebanyakan madrasah-madrasah yang dinaungi LP Ma’arif NU, tentunya pelajaran keaswajaan merupakan materi wajib yang harus ada di tiap kelas. Tujuannya, mengajarkan dan melestarikan semua hal yang berhubungan dengan Aswaja termasuk juga tentang keorganisasiannya.

Berangkat dari hal tersebut segenap Dewan Guru MINU Wali Songo berinisiatif mengadakan kegiatan tambahan, di samping pengajaran Aswaja di dalam kelas yang lebih mengarah ke teori atau konsep, kegiatan tambahan ini kami sebut dengan PKA. Yang berisi tentang kegiatan-kegiatan praktek langsung di lapangan tentang amalan-amalan yang diajarkan oleh para Ulama’ seperi. Tahlil, Istigosah, Dhiba’iyah, dan lain-lain.

Di samping itu, program ini juga mencerminkan visi, misi yang terangkum dalam Motto sekolah kami yaitu Pelopor Sekolah Berkarakter Aswaja. Semboyan inilah yang mengarahkan proses KBM secara totalitas bernuansa Ahlussunnah wal Jama’ah.

Bicara masalah manfaat apakah yang diperolah dari kegiatan ini tentu adalah hal yang mungkin timbul di benak para pembaca khususnya bagi para Guru.

Memang kalau dilihat sekilas kegiatan ini seperti kegiatan-kegiatan rutin yang biasa dilakukan oleh kebanyakan masyarakat terutama Nahdhiyyin, sehingga terlihat biasa-biasa saja. Namun hal yang jauh berbeda akan dirasakan terutama bagi para pelaku kegiatan ini apalagi apabila di terapkan dalam sebuah lembaga pendidikan seperti sekolah.

Dan di antara manfaat yang bisa diperoleh antara lain, satu, membiasakan siswa datang tepat waktu. PKA dilakukan 15 menit sebelum Jam sekolah masuk jadi hampir bisa dipastikan tidak ada siswa yang terlambat masuk kelas.kalaupun ada itupun terlambat pada kegiatan PKA nya bukan pada waktu masuk kelas.

Dua, di samping itu juga membiasakan Guru datang tepat waktu, karena dalam kegiatan PKA juga melibatkan partisipasi guru yang setiap hari mendapat giliran untuk memimpin jalanya kegiatan. Sedangkan untuk Guru yang tidak mendapat giliran mereka tetap ikut mengawasi anak didik mereka agar tetap tertib dan partisipatif dalam kegiatan ini.

Tiga, menanamkan nilai-nilai keagamaan pada anak didik, sekarang jamanya pendidikan berkarakter yang mana menuntut siswa untuk tidak hanya bagus dalam nilai akademiknya tapi juga dalam segi keagamaan dan akhlak. (Achmad Taufik/Red: Hamzah Sahal)


Terkait