Kendal, NU Online
Pendidikan disebut sebagai sarana meningkatkan kualitas dan harga diri sebuah bangsa. Pondok pesantren sebagai pendidikan khas Indonesia terus berkembang dan pola pengembangan pesantren saat ini tidak dapat lepas dari sebuah lembaga pendidikan formal.
Yayasan Pondok Pesantren Sabilunnajah yang terletak di Desa Penjalin Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal, Jawa Tengah ini salah satunya. Untuk menjaga keberadaan dan merespons permintaan warga, kini telah mendirikan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Plus Sabilunnajah. Menariknya, nilai plus yang dibangun adalah kompetensi pesantren. Ringkasnya, MTs Plus Sabilunnajah merupakan lembaga pendidikan formal yang bercirikan pesantren.
"Istilah plus di sini sebenarnya penekananan pada kompetensi pesantren," kata Ketua Yayasan Sabilunnajah Kiai Mandzur Labib kepada NU Online, Senin (29/7).
Jadi, lanjutnya, produk MTs Sabilunnajah diharapkan bukan seperti sekolah formal pada umumnya. Untuk menunjang target tersebut, dasar-dasar membaca kitab kuning bisa diperoleh melalui pesantren dan madrasah diniyah (Madin) yang diselenggarakan pesantren. Secara umum, para peserta didik yang ada di desa juga disarankan mengikuti Madin selepas sekolah formal.
"Siswa MTs Plus Sabilunnajah yang anak pesantren tentu belajar ilmu alat di pesantren. Kalau yang warga sekitar biasanya kita anjurkan mengikuti Madin," bebernya.
Gus Labib, demikian sapaan akrabnya, melanjutkan latar belakang pendirian sekolah tersebut tidak lepas dari beberapa pertimbangan. Selain adanya permintaan alumni, juga dorongan pertimbangan membina warga agar melestarikan tradisi pesantren.
"Warga di sini perlu dirawat, dijaga dari paham Islam yang merusak tradisi dan tatanan sosial yang ada. Kalau sekolah di sini tentu secara akidah dan amaliyah bisa terus terjaga dari ideologi yang bertentangan dengan ahlus-sunnah wal-jamaah," tandasnya.
Saat ini, lanjut kiai muda yang menjadi ketua Pengurus Wilayah (PW) Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) Jateng pada masa khidmah 2016 hingga 2018, pembanguan laboratorium bahasa sedang diproses. Dalam rencananya lab tersebut diproyeksikan untuk menjadi pusat pengembangan bahasa.
"Kita kerja samakan dengan dengan lembaga pendidikan bahasa yang berbasis pesantren di Jawa Timur dalam mengupayakan hal ini, termasuk dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang kami miliki," tegasnya.
Ditambahkan, MTs Plus Sabilunnajah telah menyelenggarakan ujian nasional secara mandiri. Kesigapan guru di sini terbilang cepat mengingat pembangunan gedung madrasah baru dimulai sejak 2013 silam dan secara keseluruhan belum tuntas. (Rifqi Hidayat/Ibnu Nawawi)