Daerah

Ngaji Kitab Shahih Bukhari, Tradisi Mbah Hasyim yang Terus Dirawat

Kamis, 30 April 2020 | 05:04 WIB

Ngaji Kitab Shahih Bukhari, Tradisi Mbah Hasyim yang Terus Dirawat

KH Kamuli Chudori saat membacakan kitab Shohih Bukhari di masjid Pesantren Tebuireng Putra. (Foto: Istimewa)

Jombang, NU Online
Di antara beberapa tradisi pesantren selama Ramadhan yang ada di Kabupaten Jombang adalah ngaji kitab Shahih Bukhari di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.
 
Tradisi membaca kitab hadits ini sudah ada sejak Pesantren Tebuireng dipimpin KH M Hasyim Asy’ari (Mbah Hasyim). Pesantren Tebuireng sendiri berdiri pada 1899. Artinya, usia dari tradisi ini sudah lebih dari satu abad lamanya.
 
Semasa KH M Hasyim Asy’ari masih hidup, ulama dari berbagai sudut negeri datang ke Tebuireng mengikuti mengaji bersama Kiai Hasyim.
 
Tahun ini, metode pengajian kitab Shohih Bukhari menggunakan live streming atau siaran langsung karena pandemi Covid-19. Model ini dipilih karena banyaknya peminat dari berbagai kalangan ingin ikut mengaji.
 
Menurut salah seorang tim media pengajian Shahih Bukhori, Dimas Setyawan banyak alumni dan masyarakat umum yang minta siaran langsung. Setelah melihat dan mempertimbangkan banyak hal maka disepakati ngaji dengan sistem tersebut.
 
“Setiap hari selama Ramadhan mulai pukul 09.00 WIB hingga selesai kita akan live di akun media sosial resmi pesantren. Alhamdulilah banyak yang ikut dan antusias banget,” katanya, Selasa (28/4). 
 
Dimas menceritakan, zaman dahulu Tebuireng terkenal dengan ilmu haditsnya. Dikarenakan Kiai Hasyim merupakan salah satu pemilik sanad kitab Hadits Shahih Bukhari dan Shahih Muslim.
 
Ketika Kiai Hasyim wafat maka tradisi ini diteruskan oleh KH Idris Kamali lalu KH Syansuri Badawi. Kemudian dilanjutkan oleh KH Habib Ahmad dan kini KH Kamuli Chudori.
 
“Dulu ketika Kiai Hasyim sakit maka yang menggantikan sementara adalah KH Wachid Hasyim,” tambahnya.
 
Kitab kuning ini berisi himpunan hadits Nabi Muhammad sebanyak 7.275 hadits. Hadits menjadi salah satu sumber hukum Islam selain Al-Qur'an. 
 
Hadits-hadits yang ada di kitab Shahih Bukhari menjadi rujukan para ulama dan tokoh agama dalam berfatwa. Karena sifat kehati-hatian dari pengarangnya yaitu Imam Bukhari.
 
“Sistem mengajinya yaitu guru membaca kalimat per kalimat dan diberikan makna lalu santri menulis di kitab masing-masing,” jelas santri asal Jakarta ini.
 
Lanjut Dimas, tradisi mengaji kitab Shahih Bukhari bisa dikatakan tak pernah diliburkan setiap Ramadhan. Sudah tak terhitung berapa juta orang yang mengambil jalur sanad kitab ini dari Tebuireng.
 
“Khusus untuk santri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari diwajibkan mengaji kitab ini. Bahkan jadi syarat untuk kelulusan,” ujarnya.
 
Dihubungi terpisah, salah satu peserta ngaji kitab Shohih Bukhari Denta Fatwa mengaku antusias mengaji kitab ini karena ingin mendapat sanad KH M Hasyim Asy'ari.
 
"Saya ingin berada dalam barisan sanad hadits KH M Hasyim Asy'ari. Makanya ikut ngaji kitab ini," ceritanya.
 
Pemuda asal Sidoarjo ini menyebutkan dirinya sangat mengidolakan tokoh-tokoh Tebuireng. Seperti KH M Hasyim Asy'ari, KH Wahid Hasyim, KH Abdurrahman (Gus Dur), KH Salahuddin Wahid dan tokoh lainnya.
 
Sehingga ia ingin mencari ilmu di Tebuireng, salah satu pesantren tua di Kabupaten Jombang.
 
"Ngaji kitab Bukhari kan setahun sekali untuk umum. Ini langka," tutup Denta.
 
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Syamsul Arifin