NU Jateng: Dakwah Ulama Bagian dari Pembentukan Karakter Bangsa
Rabu, 16 Desember 2020 | 04:00 WIB
Sukoharjo, NU Online
Wakil Rais Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah KH Mohammad Dian Nafi’ mengatakan, dalam berbagai peran di berbagai lingkup kehidupan, ulama dianggap dapat memberikan suluh penerang di saat masyarakat butuh pencerahan.
"Dari situ pula masyarakat menaruh kepercayaan kepada sosok ulama. Yang mana menurutnya hal itu menempatkan ulama sebagai bagian yang penting di dalam pembentukan karakter bangsa," ujarnya kepada NU Online, Selasa (15/12).
Disampaikan, hal ini pada akhirnya masyarakat sendiri mencermati, siapakah ulama yang menenteramkan dirinya untuk diikuti.
“Bahkan di banyak daerah ada keluarga ulama dari generasi ke generasi menjadi sandaran warga masyarakatnya juga dari generasi ke generasi mengikuti kultur sosial budaya masyarakat setempat,” tuturnya.
Menurutnya, aspek yang dicermati masyarakat terhadap ulama begitu luas. Termasuk tutur kata, pola pikir, pola sikap, dan juga pilihan tindakannya sebagai pribadi dan tokoh masyarakat.
"Karena para ulama atau juru dakwah ini juga hadir untuk mengisi kebutuhan masyarakat dalam lapis informasional, pergaulan, keilmuan, dan keagamaan," ucapnya.
Tak kalah penting yang dilihat oleh masyarakat, yakni terkait cara dakwah. Dakwah pada hakikatnya adalah mengajak kepada kebaikan. Mengajak kepada kebaikan sendiri harusnya dengan cara yang baik, sehingga dakwah tidak sekadar menyampaikan, tetapi juga menanamkan nilai.
“Maka, dakwah harusnya membawa rahmat kepada umatnya, bukan laknat atau bahkan menghardik yang berbeda pandangan,” terang Pengasuh Pesantren Al-Muayyad Windan Sukoharjo itu.
Dijelaskan Kiai Dian, dakwah harusnya dijaga keagungan dan keluhurannya sebagai tugas yang sangat mulia. Karena dakwah hendaknya selalu dilaksanakan oleh para ulama dengan hikmah, pelajaran yang baik, dan berbagi argumentasi secara terpelajar.
“Karenanya, keteladanan menjadi kebutuhan niscaya di dalam kegiatan dakwah. Keteladanan memudahkan orang-orang menangkap contoh berupa keseharian sang pelaku dakwah. Orang-orang yang tidak membaca kitab Suci Al-Qur'an, hadits Nabi Muhammad SAW dan kitab-kitab agama Islam akan membaca teladan para juru dakwah itu,” ujar Kiai Dian.
Itulah sebabnya kata dia, dakwah juga berarti memperkuat sikap proaktif di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sikap proaktif diteladankan oleh para ulama dengan cara hidup menjadi warga negara yang baik.
Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa sebetulnya ada nilai-nilai yang dikembangkan oleh para ulama adalah tafahum atau saling memahami, tarahum atau saling menyayangi, tasamuh atau ramah kepada perbedaan; tawazun atau keseimbangan dan keselarasan; dan ta’adul atau saling menegakkan ukuran objektif dan keadilan.
“Sejarah bangsa kita memberikan pelajaran yang sangat berharga. Tantangan-tantangan berat dapat kita atasi dengan baik selama kita menjaga persatuan nasional. Umat Islam dapat menjadi teladan yang baik dalam urgensi itu dengan dukungan para ulama yang juga memberi keteladanan,” ucapnya.
Selain itu sambungnya, para ulama harusnya meneladankan untuk mendahulukan hal-hal terpenting di dalam dakwahnya. Misalnya, hal-hal yang wajib sebagai muslim, sebagai warga masyarakat dan warga negara akan didahulukan. Kemudian hal-hal yang sunah atau anjuran dan utama.
"Para ulama hendaknya tidak memperuncing segi-segi khilafiyah atau polemik karena perbedaan pendapat. Kalaupun jika harus diutarakan sampaikan secara seimbang. Karena hal-hal yang rinci seperti itu mungkin dipahami berbeda-beda oleh para ulama dalam aneka pendapat atau qaul yang dibahas di dalam pertemuan terbatas dan itupun menggunakan rujukan kitab-kitab yang jelas,” pungkasnya.
Kontributor: Ajie Najmuddin
Editor: Abdul Muiz