Daerah

NU Lahir dari Istikharah Kiai dan Wali Allah

Selasa, 10 April 2018 | 05:15 WIB

Gresik, NU Online
Nahdlatul Ulama hadir bukan hasil seminar, simposium ataupun kajian ilmiah lainnya, akan tetapi lahir dari hasil istikharah para kiai dan wali Allah. Mereka antara lain Syaikhana Kholil Bangkalan dengan mengutus salah seorang santrinya, KH As’ad Syamsul Arifin untuk menemui Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari. 

Hal tersebut diingatkan Ustadz Afandi para peringatan hari lahir atau harlah ke-95 Nahdlatul Ulama sekaligus refleksi jelang satu abad keberadaan jam’iyah ini di Tanah Air, Senin (9/4). 

Menurut Ketua Ranting NU Sungairujing 2, Kecamatan Sangkapura, Gresik, Jawa Timur ini, Kiai As’ad menyampaikan isyarah akan direstuinya pendirian jamiyah NU kepada hadratussyaikh. 

“Dan menjelang satu abad, semakin banyak tantangan yang harus dihadapi NU,” kata alumnus Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Peterongan Jombang tersebut. 

“Permasalahan akidah akhir-akhir ini menjadi sorotan dengan semakin banyak aliran yang menyimpang dari jalur akidah Ahlussunnah wal Jama’ah atau Aswaja an-Nahdliyah,” tutur Ketua Pimpinan Cabang Lakpesdam NU Bawean tersebut.

Sebagai bentuk tanggung jawab tersebut, NU Sungairuijing terus membentengi akidah jamaahnya, termasuk dengan mengadakan lailatul ijtima. Acara yang dikemas dengan peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW sekaligus memperingati hari lahir ke-95 NU. Kegiatan diselenggarakan di Mushalla Babussalam Duku Sungairujing. 

Di kesempatan tersebut, Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Bawean, Ali Asyhar pada sambutannya mengingatkan bahwa dalam pendirian NU, ada salah seorang kiai dan ulama yang tidak ditulis dalam sejarah yakni Habib Hasyim Pekalongan, yang merupakan buyut dari Habib Lutfi bin Yahya Pekalongan. 

“Padahal beliau adalah ulama yang memberikan restu akan berdirinya jamiyah ini,” tuturnya. Ada pula KH Kholil Sidogiri yang juga merestui berdirinya NU namun jarang disebut dalam sejarah. Kendati demikian, mereka ikhlas meskipun namanya tidak masuk dalam catatan sejarah, lanjut Ketua Sekolah Tinggi Islam Hasan Jufri atau STAIHA Bawean ini. 

Kegiatan yang dihadiri ribuan jamaah tersebut diawali dengan pembacaan Surat Yasin dan tahlil serta doa yang dikhusukan kepada para muassis atau pendiri NU.

Pengajian Isra’ Mi’raj diisi Ustadz Maskum selaku Wakil Ketua Pimpinan Cabang Lembaga Bahtsul Masail NU Bawean. Ia menjelaskan bahwa shalat menjadi dasar bagi orang beriman. “Karena shalat, semua permasalahan akan mudah dijalankan,” katanya. 

Dalam ceramahnya Ustadz Maskum mengemukakan ada tiga tingkatan seseorang dalam melaksanakan shalat. 
Pertama yakni sahun. Maksudnya, orang yang mengerjakan shalat kadang ingat akan sesuatu dalam menjalankan kegiatan sehari-hari. 

Sedangkan yang kedua adalah yura’un. “Maksudnya orang yang shalat selalu ingin dilihat dan dipuji orang,” jelasnya. 

Dan ketiga adalah khasyi’un. “Yakni orang yang khusyu dalam shalatnya walaupun hanya sesaat,” kata pengasuh Pondok pesantren Darussalam Putri Daun tersebut. (Red: Ibnu Nawawi)


Terkait