Daerah

Pameran Kembulan Lesbumi Yogyakarta untuk Harlah NU Ke-92

Ahad, 28 Januari 2018 | 15:11 WIB

Yogyakarta, NU Online
Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi) PWNU Daerah Istimewa Yogyakarta beserta empat puluh sembilan seniman akan menyelenggarakan pameran seni rupa bertajuk Kembulan, yang diselenggarakan dengan maksud untuk memperingati hari kelahiran Nahdlatul Ulama yang ke-92. 

Pameran Kembulan akan diadakan di Studio Kalahan, Jl. Sidoarum-Gamping No.2, Ambarketawang, Gamping, mulai tanggal 31 Januari sampai 6 Februari 2018. Beberapa seniman seperti KH Mustofa Bisri (Gus Mus), Nasirun, dan Heri Dono turut berpartisipasi memeriahkan pameran yang pada intinya mengedepankan semangat meningkatkan rasa kebersamaan dan mempererat tali kekeluargaan antarsesama. 

Pembukaan akan dilangsungkan pada tanggal 31 Januari 2018, pukul 19:31 WIB. Acara akan dibuka bersama oleh KH Mas’ud Masduki, KH Asyari Abta, KH Imam Azis, KH Hasan Abdullah, dan Dr. Oei Hong Djien.

Pameran ini merupakan inisiatif sekaligus diusahakan dengan semangat gotong-royong dan swadaya dari anggota Lesbumi DIY. Di pembukaan tanggal 31 Januari nanti, seniman, tamu undangan, para kyai, dan masyarakat pengunjung akan diajak untuk makan bersama di atas daun pisang, yang menjadi semangat utama yang diusung pameran Kembulan.

Pameran Kembulan mengapropriasi ide makan bersama di atas alas dedaunan pisang, sekaligus mengadopsinya sebagai semangat untuk merekatkan kebersamaan; lebih jauh lagi, pameran Kembulan juga dibangun di atas semangat untuk saling mengoreksi dan berbagi satu sama lain. 

“Pada dimensi ini Kembulan sebagai “central mind”; bukan sekedar untuk menjaga kerukunan dan kebersamaan dan seterusnya, tetapi, melahirkan makna lebih termasuk pada kajian alat makan berupa daun pisang berikut pesan sosial, filosofi dan spiritualitasnya,” kata Anzieb, kurator untuk pameran Kembulan, sebagaimana siaran pers yang diterima NU Online, Ahad (28/1) malam. 

Ritual makan bersama di atas daun pisang sebetulnya adalah metafor yang merefleksikan kehidupan hari ini, yang berusaha mendekatkan kehidupan manusia pada kehendak alam.

“Jika hajat makan bersama di atas daun pisang adalah suatu kebaikan untuk jiwa, mestinya tidak boleh saling melukai jiwa atau menyakiti alam. Karena itu, manusia harus selalu memperhatikan alam, merawat bumi yang menjadi tempat disuburkannya berbagai jenis makhluk yang baik, penuh kebaikan dan melahirkan segala kebaikan bagi jiwa manusia beserta alam – bahwa alam raya dan seisinya adalah ayat-ayat agung, sumber segala pengetahuan yang mengajarkan tentang cara hidup bagi kehidupan manusia,” demikian tulis Anzieb. (Red: Abdullah Alawi)




Terkait