Para Petani Harap Swasembada Pangan Segera Terealisasi pada 2025
Kamis, 5 Desember 2024 | 17:00 WIB
Rembang, NU Online
Swasembada pangan menjadi tujuan utama dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Capaian tujuan tersebut harus diimbangi dengan keterlibatan petani muda yang melakukan strategi inovasi berupa teknologi modern.
Para petani muda asal Kecamatan Lasem, Rembang, Jawa Tengah berharap kepada pemerintah agar swasembada pangan segera terealisasi pada 2025 mendatang.
Petani muda asal Desa Bonang, Lasem, Rembang, Ahmad Toyfur mengatakan bahwa swasembada pangan menjadi harapan utama bagi dirinya.
"Kalau untuk mencapai swasembada pangan, semua petani pasti ingin. Namun juga perlu memahami kondisi wilayah pertanian di wilayahnya," ujar Toyfur, kepada NU Online, pada Kamis (5/12/2024).
Menurut Toyfur, pemilihan komoditas pertanian harus menjadi prioritas agar dapat membantu terpenuhinya tujuan swasembada pangan.
"Petani harus memiliki lahan dan keperluan penunjang seperti alsintan, dan yang terpenting adalah sumber air serta persiapan modal cukup," imbuhnya.
Walaupun demikian, di Kabupaten Rembang saat ini masih banyak kendala dalam hal pertanian, antara lain luas lahan yang semakin berkurang, iklim yang tidak menentu, minimnya tempat penyimpanan.
"Karena kita tahu di Rembang sebagian wilayah dekat pantai dan efek dari PLTU yang semakin hari semakin terasa untuk Rembang bagian utara. Untuk menampung atau membeli hasil panen, kita sering menjualnya ke kabupaten tetangga yaitu Kudus, Pati, Demak," kata Toyfur.
Toyfur mengatakan bahwa di lahan miliknya kerap mengalami hambatan lahan.
"Disini bengkok pertanian Yayasan Sunan Bonang dan bengkok desa, sistemnya membuat gilir atau sewa. Sumber air juga sulit hanya mengandalkan hujan, tapi ada sungai kapasitasnya kecil sedang," tegasnya.
Untuk itu, strategi inovatif dari Toyfur adalah dengan cara mengganti alat pertanian yang semula tradisional beralih ke teknologi modern.
"Peralihan itu (alat pertanian tradisional ke modern) bisa mengurangi biaya produksi dan bisa memaksimalkan hasil pertanian," katanya.
Senada, petani muda asal Desa Ngemplak, Lasem, Rembang, Abdul Rohman, mengaku menggunakan alat mekanisasi pertanian untuk memperbanyak hasil pangan. Salah satunya adalah mesin panen combine harvester untuk memanen padi.
"Saya menggunakan mesin itu supaya cepat proses memanennya, dan antiribet," ujar Rohman.
Selain itu, Rohman memakai mekanisasi pupuk nitrobacter untuk menyuburkan tanah. Nitrobacter adalah genus yang terdiri dari bakteri berbentuk batang, gram negatif, dan kemoautotrof.
"Saya sering menggunakan pupuk nitrobacter yang lebih baik untuk proses penyuburan tanah," ucapnya.
Rohman juga menggunakan pompa air atau sumur sibel untuk memasok kekurangan air selama masa pembibitan.
"Luas lahan tergantung pada pasokan air sebagai faktor pendukung dan cuaca. Jadi saya kerap pakai pompa air," tandasnya.
Kendati demikian, Rohman menyayangkan kebijakan pemerintah yang melakukan impor beras, ketersediaan lahan yang minim, sedikitnya anggaran bagi para petani, dan subsidi keperluan petani dalam meningkatkan produksi bahan pangan yang belum merata.