Penggunaan Gawai Berlebihan di Pembelajaran Daring Mulai Resahkan Orang Tua
Jumat, 16 Oktober 2020 | 13:30 WIB
Anak sekecil ini sudah begitu ‘khusyu’ melihat gawai, jika tidak dibatasi, berbahaya. (Foto: NU Online/Freepik)
Pringsewu, NU Online
Pembelajaran daring (dalam jaringan) di tengah pandemi Covid-19 mulai memunculkan keresahan para orang tua. Hal ini terkait dengan dampak negatif yang muncul akibat tingginya frekuensi siswa menggunakan gawai. Selain menggunakan gawai untuk pembelajaran daring, ternyata para pelajar juga menggunakannya untuk hal-hal lain seperti bermain game baik online maupun offline. Dan durasi bermainnya bisa lebih lama dari belajarnya.
“Saya jadi bingung, mas. Anak saya jadi malah ketergantungan dengan smartphone. Bermain game-nya lebih lama dari belajar onlinenya,” ungkap Junaidi salah satu orang tua wali murid di Pringsewu, Lampung kepada NU Online, Jumat (16/10).
Efek negatif lain yang muncul dari kondisi ini adalah sulitnya membiasakan anak untuk disiplin. Biasanya, ungkapnya, anak bisa diajarkan disiplin bangun tidur, ke sekolah, mandi, dan membantu orang tua saat proses pembelajaran tatap muka di sekolah. Namun sejak adanya pembelajaran online, ia merasa sulit untuk mengajarkan kedisiplinan.
“Jadwal bangun, belajar, terkadang sampai waktu makan jadi tidak teratur. Terkadang saya minta untuk membantu orang tua, jawabannya banyak tugas dari guru karena setiap hari diberi tugas. Tapi terkadang saya lihat malah sering main game,” ungkap Junaidi.
Ketika ditanya memilih pembelajaran daring atau tatap muka, Junaidi menegaskan memilih tatap muka. Hal ini mengingat kondisi daerahnya memungkinkan untuk tatap muka karena berada pada zona kuning. Ia pun berharap pemangku kebijakan untuk segera mengawali pembelajaran tatap muka dengan protokol kesehatan.
Harapan untuk pembelajaran tatap muka juga diungkapkan orang tua murid lainnya bernama Apriana kepada NU Online. Ia berharap pembelajaran tatap muka untuk segera dimulai karena ia menilai anak-anak sudah mulai merasa jenuh. Ia pun harus mengalokasikan waktu lebih untuk membuat anaknya semangat dalam mengajar.
“Keluhannya banyak tugas dari guru. Jadinya saya juga ikut mengajarkan materi yang diberikan oleh guru sekolahnya,” ungkapnya.
Ia juga melihat, bahwa anak-anak usia sekolah saat ini di daerahnya sudah banyak yang tidak disiplin dalam memanfaatkan waktu. Banyak waktu yang harusnya digunakan untuk belajar malah digunakan untuk kumpul-kumpul di tempat-tempat yang ada jaringan internet atau wifi.
Menanggapi kondisi ini, Ketua Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Kabupaten Pringsewu Suwarno berharap, pihak-pihak yang berwenang segera mengambil tindakan agar efek negatif dari pembelajaran daring ini bisa dihindari. Ia menilai pembelajaran tatap muka bisa segera diterapkan di daerah yang tidak tinggi penyebaran Covid-19 nya.
“Karakter peserta didik harus segera diselamatkan. Jangan sampai generasi sekarang ini kehilangan karakter seperti akhlak, etika, kedisiplinan dan moral,” harapnya.
Ia juga khawatir jika penggunaan gawai yang berlebihan tanpa pengawasan orang tua, para generasi muda terjerumus dengan mengakses situs-situs terlarang seperti situs pornografi, kekerasan, dan paham-paham radikal terorisme.
“Sulit bagi orang tua untuk mengontrol penggunaan smartphone anak. Apalagi orang tua yang gaptek. Bisa-bisa ‘dibohongi’ anaknya. Dengan alasan belajar online, namun ternyata memanfaatkan smartphone nya untuk hal-hal negatif,” ungkapnya.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Aryudi AR