Daerah

Perjuangan NU dari Kaki Gunung Slamet

Kamis, 2 Agustus 2018 | 10:40 WIB

Perjuangan NU dari Kaki Gunung Slamet

Ilustrasi

Tak ada yang berBeda dari Dusun Semaya, Desa Sunyalangu, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas lepas isya Rabu malam (1/8). Saat sepi mulai menyelimuti desa yang berada di lereng gunung Slamet ini, ratusan orang yang terdiri dari pemuda, pemudi dan anggota Nahdlatul Ulama justeru baru saja memulai acara pembentukan pengurus badan otonom NU mulai dari GP Ansor, IPNU dan IPPNUdi Masjid Nurul Huda. 

Duduk di atas tikar berwarna hijau, kelompok wanita duduk berjajar di sebelah kiri. Sementara kelompok laki-laki berjajar di sisi yang lainnya. Sementara di bagian depan Ketua GP Ansor Karanglewas Syarifudin dalam balutan baju berwarna hijau dan peci hitam membuka acara dengan penuh semangat.

"Jangan takut berjuang di NU. Perjuangan di NU yang dibarengi dengan bekal semangat dan niat ikhlas akan menjadi bekal untuk meraih ridho Allah SWT. Allah akan memberi kekuatan pada perjuangan kita," kata Syarifudin memberi semangat dalam pembukaan acara di depan kader GP Ansor dan IPNU IPPNU malam itu.

Penekanan pada niat ikhlas dan ketulusan bukan tak beralasan, pasalnya kata Syarifuddin, pengabdian pada NU tidak bisa dilandasi dengan kalkulasi matematis, tapi harus diniati mengabdi untuk agama. Apalagi mengingat jarak Dusun Semaya sendiri yang cukup jauh dari keramaian. Untuk menuju kantor Desa Sunyalayu saja, warganya harus menempuh jarak puluhan kilometer. Sehingga secara geografis dusun yang beranggotakan sekitar 500 kepala keluarga ini tercatat sebagai dusun terjauh dan terpencil dari pusat desa.

"Semangat untuk menghidupi NU harus dimulai dari bawah. Rasa semangat merupakan modal awal yang harus dimiliki oleh setiap kader untuk mulai berjuang di NU. Kita harus membentenginya dengan penguatan NU secara jam'iyah maupun amaliyah Aswaja Annahdliyah," tegasnya. Dengan mendirikan badan otonom NU di Semaya maka secara otomatis NU telah turut serta dalam membentengi kawasan tersebut dari aliran yang membahayakan ideologi NKRI.

Pada acara yang juga dihadiri tokoh masyarakat setempat itu Eko Pustrika Waluyo terpilih sejumlah pimpinan organisasi sebagai berikut: Ansor Semaya sebagai ketua Ansor, Aji Pamungkas sebagai Kasatkorkel Banser, Sujarwo Sekertaris dan Miftah sebagai Bendahara, Fauzan Ranadani sebagai ketua IPNU dan Ismi Febriyanti sebagai ketua IPPNU masa hidmat 2018-2020. Acara yang dimulai lepas isya ini berlangsung hingga menjelang tengah malam dengan hidmat. (Kifayatul Ahyar/Ahmad Rozali)



Terkait