Gresik, NU Online
Zaman terus berubah dengan tantangan yang mengiringi. Sejak awal para santri harus menyadari bahwa persaingan demikian terbuka dan mengharuskan semua pihak untuk mandiri.
Semangat inilah yang disampaikan dua narasumber pada acara Pesantren Preneur; menuju Kemandirian Santri menghadapi Revolusi industri 4.0. Kegiatan berlangsung di Pondok Pesantren Nurut Taqwa, Sangkapura, Bawean, Gresik, Jawa Timur, Ahad (22/12).
Achmad Hanif yang tampil pada kesempatan pertama mengemukakan bahwa menjadi pengusaha harus siap bertarung di tengah persaingan yang cukup ketat.
“Dan hal yang tidak bisa dihindari dari persaingan agar bisa bertahan adalah inovasi,” kata alumni pascasarajana Universitas Ciputra Surabaya tersebut di hadapan peserta.
Dalam pandangannya, inovasi adalah sebuah kata kunci sekaligus menjadi sunnatullah atau hukum alam. Siapa yang tidak segera melakukan inovasi, maka tidak akan mampu bertahan, bahkan akan hancur.
“Sejumlah fakta membuktikan bahwa perusahaan yang awalnya mentereng namun akhirnya kolaps karena tidak mampu bersaing serta tentu saja meninggalkan inovasi,” ungkap pemilik usaha, Sahabat Jaya ini.
Sedangkan Didik Firdiyanto mengingatkan peserta yang merupakan delegasi dari sejumlah sekolah, organisasi mahasiswa seperti PMII, HMI dan senat mahasiswa serta badan otonom NU untuk menyadari hakikat diri.
Dalam pandangannya, para peserta adalah kalangan santri. Sedangkan di pundaknya ada tanggung jawab turut memajukan negeri dengan mengajak warga sekitar untuk berubah.
“Santri harus hadir dan menjadi inovator di tengah masyarakat,” kata Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia atau Hipmi Kabupaten Jombang ini.
Lantas apa yang dapat dilakukan santri dalam mengubah serta mengajak masyarakat dalam persaingan yang demikian ketat dan sengit saat ini?
“Mengubah masalah yang ada menjadi peluang usaha berbasis kewirausahaan sosial dan mampu menggerakan ekonomi bersama serta berjuang mewujudkan kesejahteraan sosial adalah dakwah santri sesungguhnya di era ini,” tegasnya.
Ketua Yayasan Pondok Pesantren Nurut Taqwa, Ustadz Afandi turut memberikan catatan terkait tantangan santri dan apa yang harus dilakukan di masa mendatang.
“Santri tidak hanya pintar membaca kitab kuning, tapi harus mampu menjadi pengusaha dan kaya. Kerena tidak sedikit santri yang sukses menjadi pengusaha di negeri ini,” ungkapnya.
Alumnus Pondok Pesantren Darul Ulum, Peterongan, Jombang ini mengemukakan bahwa peran menjadi agen perubahan dapat diambil oleh siapa saja.
‘Dan santri harus mampu menjadi agen perubahan di tengah masyarakat,” pungkasnya.
Acara dibuka secara resmi oleh Kepala Desa Sungairujing.
Pewarta: Ibnu Nawawi
Editor: Aryudi AR