Rais NU Kota Pekalongan: Ziarah Ingatkan Kita Tak Lupa Sejarah
Jumat, 13 Maret 2020 | 02:30 WIB
Kegiatan ziarah dalam rangka Harlah ke-97 NU di Kota Pekalongan di makam sejumlah muassis NU di kota tersebut. (Foto: NU Online/Abdul Muiz)
Rais Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Pekalongan, Jawa Tengah, KH Zakaria Ansor mengatakan, di peringatan Harlah NU selalu diagendakan untuk ziarah ke makam muassis dan pengurus NU. Selain untuk kirim doa, juga untuk mengingatkan kepada kita atas perjuangan para sesepuh terhdap Nahdlatul Ulama khususnya di Kota Pekalongan.
"Jasa-jasa para muassis dan pengurus NU yang kita kunjungi sangat luar biasa. Dengan berziarah, maka jasa-jasa beliau kita ingat untuk meneruskan perjuangannya membesarkan NU," tegasnya.
Hal itu disampaikan sesaat usai berziarah ke makam Kakek Habib Luthfi bin Yahya, yakni Habib Hasyim di Sapuro Pekalongan, Kamis (12/3) sore.
Dikatakan, perjuangan para ulama dan kiai yang diziarahi sangat luar biasa untuk kemajuan NU di Kota Pekalongan pada zamannya. Oleh karena itu, para generasi penerus NU wajib mengingat dan mengetahui sejarah dan kiprahnya.
"Salah satunya dengan berziarah ini agar generasi muda NU tidak 'kepaten obor'," tandasnya.
Disampaikan, kegiatan ziarah merupakan rangakaian kegiatan harlah ke-97 NU yang diselenggarakan PCNU kota Pekalongan. Beberapa kegiatan lain yang sudah dilaksanakan yakni Khatmil Qur'an, apel harlah, mujahadah wali quthuban dan peletakan batu pembangunan Gedung Sekolah Dasar Islam (SDI) Nusantara.
"Kegiatan ziarah sesepuh ini bisa dikatakan paling sukses dari sisi keikutsertaan jamaah warga nahdliyyin bila dibanding kegiatan yang sama pada tahun-tahun sebelumnya," ungkapnya.
Alhamdulillah, di setiap makam yang kita kunjungi ada pembacaan atau uraian manakib singkat dari para pengurus syuriyah yang memuat keteladanan-keteladanan beliau untuk para penerus. Semoga keteladanan pada ulama ini mampu kita bawa untuk masa-masa seterusnya," imbuhnya.
Ketua PCNU Kota Pekalongan H Muhtarom kepada NU Online mengatakan, agenda ziarah ini lebih difokuskan kepada sesepuh NU di struktural mengingat waktu yang disediakan sangat terbatas.
"Kita maunya para sesepuh NU bisa kita ziarahi semuanya di Kota Pekalongan. Akan tetapi karena keterbatasan waktu, maka hanya ada di beberapa titik yang bisa diziarahi," ujarnya.
Dijelaskan, semua tokoh dan guru-guru di Kota Pekalongan tidak mungkin semuanya diziarahi karena waktu. Makanya panitia mengatur Sayyid Ahmad, Sayyid Alwi Baafaqih Sayyid Hasyim Bin Yahya dijamak jadi satu.
"Begitu pula tokoh NU yang ada di Sapuro lainnya seperti KH Muzajjad, KH Qusyairi, KH Ridhwan. Di Landungsari KH Khomsah, KH Seilan, dan KH Nahrowi di jamak jadi satu," paparnya.
Di Jenggot lanjutnya, juga dilakukan hal yang sama seperti KH Akrom Hasani dan KH Thohir dijama’ dengan KH Mustofa Bakri masih banyak lainnya yang tak mungkin semuanya dihadiri satu persatu.
Pewarta: Abdul Muiz
Editor: Musthofa Asrori