Ranting Madin Pesantren Sidogiri, Wajibkan Santri Tirakat
Kamis, 19 Februari 2015 | 08:03 WIB
Probolinggo, NU Online
Pesantren Nurul Hasan di desa Opo-Opo kecamatan Krejengan kabupaten Probolinggo menerapkan sejumlah metode pendidikan salafiyah. Selain mengadakan madrasah diniyah (madin), pengajian kitab kuning, halaqah diniyah hingga menghafal Al-Quran, pesantren ini mewajibkan santri bertirakan di makam pendirinya.
<>
“Untuk pendidikan salaf, pesantren menerapkan metodologi dan sistem pembelajaran yang dilaksanakan di pesantren Sidogiri Pasuruan. Sebab di sini merupakan ranting tipe B dari Madin pesantren Sidogiri,” kata pengasuh pesantren Nurul Hasan Kholilurrahman, Selasa (17/2).
Menurut Kiai Kholil, salah satu metodologi yang dipakai di pesantren Nurul Hasan adalah percepatan membaca kitab kuning dan Al-Qur’an dengan program Al-Miftah yang dipakai untuk membaca kitab kuning. Sedangkan untuk Al-Qur’an, dipakai metode Qur’ani. “Tiap Jum’at kami menghadirkan langsung ustadz dari Sidogiri,” jelasnya.
Kiai Kholil menegaskan, pesantren Nurul Hasan mengutamakan pendidikan akhlak dalam mendidik para santri. Tiap santri diwajibkan mengamalkan sholat Dhuha. “Tujuannya untuk membentuk karakter santri pada saat mereka kembali ke masyarakat nantinya,” tambahnya.
Selain sholat sunnah jelas Kiai Kholil, setiap malam sebelum tidur semua santri diwajibkan tirakat di makam sesepuh pendiri pesantren. Hal itu bertujuan agar ilmu yang sudah dipelajari lekat dalam kalbu.
“Dengan tirakat ilmu didapat menjadi ilmu yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Percuma mempunyai santri pintar, tetapi akhlaknya jelek. Apalagi tidak menghormati orang tua. Itu sama sekali tidak kami harapkan,” tambahnya.
Pesantren Nurul Hasan menerapkan sistem pendidikan salafiyah. Santri mulai mengikuti kegiatan sejak pukul 03.00 dengan sholat Tahajud dan dilanjutkan dengan sholat Subuh serta mengaji Al-Qur’an.
“Selanjutnya para santri mengaji kitab kuning hingga pukul 06.30 pagi,” pungkasnya. (Syamsul Akbar/Alhafiz K)