Ribuan santri dari 54 pondok pesantren di Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung memperingati Hari Santri Nasional di lapangan Cipeujeuh pada Ahad (22/10). Mereka ngariung (berkumpul) di lapangan itu setelah melakukan kirab dari dua pesantren, Baitul Arqom, Baitur Rosyad, dan Syiafaus Salam.
Sebelum ke Cipeujeuh, santri dari pesantren-pesantren bagian selatan Kecamatan Pacet berkumpul di Pondok Pesantren Baitul Arqom Islam dan Baitur Rosyad, sementara santri dari pondok pesantren bagian utara Pacet berkumpul dari Syifaus Salam. Kemudian dari kedua pesantren itu, mereka berjalan kaki ke Cipeujeuh. Dari Baitul Arqom dan Baitur Rosyad berjalan kaki sejauh 2 km dan dari Syifaus Salam 1,5 km.
Kegiatan yang diinisiasi Santri Ngariung (SARUNG) yang berkoordinasi dengan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama Kecamatan Pacet itu diawali dengan penampilan kreasi seni para santri, kemudian peluncuran buku Auladul Islmiyah fi Ad’iyah Yaumiyah wa Tadibah, kumpulan doa dan adab sehari-hari. Kemudian dilanjutkan dengan doa bersama atau istighotsah.
Menurut Koordinator SARUNG Ahmad Kheoru Faruq, kegiatan ini merupakan yang kedua kali dilakukan dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional dan akan menjadi agenda tahunan.
“Kegiatan semacam itu bermanfaat sebagai ajang silaturahim antarpersantren agar semakin erat hubungannya,” katanya.
Ia manambahkan, SARUNG memiliki moto “Santri Aya, Santri Bisa”, maksudnya “aya”, adalah memang santri ada wujudnya di Kecamatan Pacet dan jumlahnya cukup banyak.
“Di kecamatan Pacet, dalam catatan SARUNG, terdapat 4657 orang santri dari 13 desa. Ini cukup besar jumlahnya.”
Dan, lanjutnya, santri itu “bisa”. Artinya para santri bisa melakukan melakukan banyak hal, misalnya bakti sosial dan khitanan massal. Para santri tidak hanya bisa mengaji dan tinggal di pesantren, tapi bisa melakukan gerakan-gerakan sosial, berjuang dalam pendidikan, bahkan merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
“Buktinya dalam sejarah, yang diabadikan menjadi Hari Santri Nasional adalah memperingati jasa santri yang telah mengeluarkan Resolusi Jihad NU, bahwa mempertahankan kemerdekaan wajib hukumnya bagi kaum Muslimin. Ada darah santri dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan itu,” tegasnya.
Kegiatan bertajuk “Doa Bersama untuk Keselamatan Bangsa dan Kemanusiaan” itu tidak hanya diikuti para santri, tapi warga masyarakat Pacet yang disosialisasikan melalui majelis-majelis ta’lim.
Hadir pada kesempatan itu Rais Syuriyah dan Tanfidziyah PCNU Kabupaten Bandung, Rais Syuriyah dan Tanfidziyah MWCNU Pacet, Ranting-Ranting dan Anak Ranting NU se-Kecamatan Pacet. Serta Banom-banom NU seperti GP Ansor, Muslimat, Fatayat, IPNU, IPPNU, Pagar Nusa, Pergunu, dan PMII.
Hadir pula perwakilan Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT), Muhammadiyah, Persatuan Islam (Persis), Pemuda Pancasila, Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia (GMBI), Sarekat Islam, Jamaah Tabligh, Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), klub motor Brigez dan XTC, Karang Taruna se-Kecamatan Pacet. (Abdullah Alawi)