Santri Berselancar di Dunia Digital, Kemampuan Literasi Mutlak Harus Dikuasai
Selasa, 30 Agustus 2022 | 17:20 WIB
Jombang, NU Online
Ketua Yayasan Perguruan Tinggi Unipdu Jombang (Yapetidu) KH Zaimuddin Wijaya As'ad menyampaikan, kemampuan membaca dan menulis bisa menjadi langkah akselerasi untuk meningkatkan daya literasi digital bagi santri di pondok pesantren. Santri harus tekun membaca dan menulis. Terlebih, di era saat ini semua serba canggih, sebab itu kemampuan santri selain beribadah, juga harus mengembangkan soft skill.
"Kemampuan literasi bagi santri harus tetap ditingkatkan. Tujuannya untuk tetap meningkatkan kewaspadaan terhadap pemberitaan yang hoaks," ujarnya saat menyampaikan sambutannya pada Seminar Literasi Digital di Auditorium FIK Unipdu, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Selasa (30/8/2022).
Sementara itu, Dhikrul Hakim, Akademisi sekaligus Dosen di Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang, (Unipdu) Jombang mengatakan bahwa pesantren mengalami transformasi yang masif, puncaknya pada masa pascareformasi, dampaknya banyak sekali pesantren salaf yang mencangkokkan keilmuan pesantren berbasis kitab salaf dengan kurikulum nasional berbasis pengetahuan modern.
Baca Juga
Literasi Digital untuk Generasi Milenial
"Sebagai imbasnya adalah adanya diversifikasi literasi di mana pesantren tidak hanya terfokus mempelajari al-kutub al-sofro ‘kitab kuning’ sebagai kitab induk pesantren (turats), tetapi juga al kutub al-baidho’ ‘buku putih’, majalah, dan koran," ucapnya.
Hal ini menunjukan adanya keterbukaan pesantren terhadap keilmuan kontemporer yang progresif dan perangkat pembelajarannya yang modern. Menurutnya, literasi digital sebagai perubahan dan transformasi pada model pendidikan pesantren membawa arah baru literasi untuk para santri bisa secara bebas mengakses informasi.
"Baik berupa berita, e-book, jurnal ataupun video tutorial yang beredar luas di luar dinding pesantren," katanya.
Aktualisasi santri dalam literasi digital ini, turut berperan aktif dengan tetap berorientasi pada tradisi khas orang-orang yesantren yang memegang teguh nilai-nilai toleransi dalam bersosialisasi di era literasi digital yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Pada kesempatan yang sama, Muhammad Mufid, Wakil Sekretaris PWI Jombang mengatakan, pengguna internet di Indonesia mencapai 204 juta, dari sekitar 260 juta penduduk penetrasi internet yang tinggi di Indonesia tidak diimbangi dengan kemampuan bersikap kritis terhadap informasi yang beredar di internet, ada banyak orang Indonesia berkerumun di internet dan terpapar oleh beragam informasi tanpa literasi yang memadai.
Menurutnya, tanpa diimbangi literasi yang kuat, masyarakat mudah termakan oleh hoaks. Kasus Dwi Hartanto adalah kebohongan terbesar di negeri ini, bahkan Kedubes saja tertipu olehnya masyarakat lebih banyak menjadi objek daripada menjadi subjek.
"Santri juga bagian dari peradaban besar dunia, maka harus percaya diri dengan keilmuannya perkuat literasi terlebih dahulu gunakan media digital untuk mengembangkan skill santri perlu memahami dan menguasai media digital, terutama untuk dakwah," katanya.
Untuk diketahui, kegiatan ini digagas oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bekerja sama dengan Kementrian Komunikasi dan Informatika. Dalam pelaksanaannya di lapangan dimotori oleh Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU).
Editor: Syamsul Arifin