Gus Kikin, Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang saat memberikan sambutan dan menandatangani dalam pembukaan pelatihan pengusaha properti bagi santri. (Foto: Syarif Abdurrahman)
Jombang, NU Online
Untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia di kalangan santri dan pesantren, Nahdlatul Ulama (NU) Circle dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk menggelar pelatihan menjadi wirausaha sektor properti di Pesantren Tebuireng.
Acara dibungkus dalam bentuk pelatihan BTN Santri Developer Kebangsaan 2021. Fokus kegiatannya pada pelatihan bisnis pengembangan perumahan atau properti bagi alumni pesantren dan masyarakat umum.
Menurut Ketua (NU) Circle Dr Gatot Prio Utomo, pelatihan ini dilaksanakan selama seminggu. Peserta pelatihan terdiri dari alumni pesantren dan penggiat bisnis Islam.
"Diselenggarakan tujuh hari. Bahas banyak hal, seperti aspek hukum perumahan, legalitas perpajakan, model bisnis. Pelatihan pagi hingga sore, malamnya diskusi, lalu di akhir acaranya akan dibuat master plan-nya," jelasnya, Jumat (5/6).
Dikatakan, setiap tahunnya, Indonesia membutuhkan jutaan rumah. Apalagi saat ini Indonesia memasuki masa bonus demografi. Hal ini sejalan lurus pada kebutuhan dasar manusia berupa rumah.
Melihat fakta ini, menurutnya perlu ada pengusaha muda Nahdliyin yang bergerak di bidang perumahan. Komunitas santri dan pesantren merupakan salah satu kompenen masyarakat yang potensial.
"Kegiatan ini memberikan pembekalan kepada alumni santri. Diharapkan ke depannya ada banyak pengusaha santri. Potensi masyarakat santri, harus dilihat sebagai peluang besar. Sektor perumahan punya nilai ekonomi tinggi," tambah Gatot.
Sejalan dengan Gatot, wakil Menteri BUMN Pahala Nugraha Mansury menjelaskan saat ini titik fokus BUMN adalah menjadi penggerak dalam ekonomi masyarakat. Dalam hal ini diwakili oleh Bank Tabungan Negara. Termasuk membimbing santri jadi pengusaha perumahan.
Bidang properti, menurutnya menggerakkan ekonomi cukup besar karena berkaitan dengan banyak hal. Bisnis rumah akan membuka lapangan pekerjaan, bisnis penyediaan barang, arsitek, tanah dan lain sebagainya.
"Pemerintah menggelontorkan cukup banyak uang di sektor perumahan. Karena selama pandemi sektor ekonomi perumahan tetap tumbuh sekitar dua persen," tegasnya.
Selain itu, Pahala berharap peserta pelatihan punya pandangan menjadi pengusaha di properti. Saat ini Indonesia masih kalah dengan Singapura dalam jumlah pengusahanya yang mencapai sepuluh persen dari total jumlah penduduk.
"BUMN lewat BTN mendukung pelatihan dan pendidikan bagi masyarakat. BTN akan jadi partner dalam bisnis ini untuk permodalan," bebernya.
Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz menyambut baik program ini. Program ini merupakan sebuah pemikiran yang terbuka dan progresif.
Sejauh pengamatannya, kebanyakan pengembang properti tertarik pada masyarakat ekonomi kelas atas. Pasar-pasar yang dibentuk adalah pasar menengah ke atas. Sedikit sekali yang menyasar kalangan menengah ke bawah.
"Pesantren Tebuireng menyambut dengan baik. Inisiatif ini, bisa dilanjutkan ke pesantren lain. Masih ada sekitar 28 ribu pesantren yang tercatat. Tidak tercatat juga masih ada," pinta tokoh pesantren yang biasa disapa Gus Kikin ini.
Pelatihan ini menurut Gus Kikin juga membuka cakrawala baru santri. Selama ini santri terbiasa tidur di tempat ala kadarnya, tapi setelah menikah dan punya anak seharusnya ada yang harus dirubah.
"Perlu ada tempat tinggal yang nyaman untuk tumbuh kembang anak dan berlindungnya anggota keluarga," tutupnya.
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Kendi Setiawan