Temanggung, NU Online

Setelah menyelesaikan tugas belajar di perguruan tinggi, para sarjana Nahdlatul Ulama (NU) harus segera memberikan nilai manfaat ke NU dengan ilmu-ilmu yang telah dimiliki dan yang terpenting semakin meningkat rasa takutnya kepada Allah SWT jangan malah sebaiknya.

 

Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah, KH Hudallah Ridwan Naim, mengatakan ada dua hal yang harus dijaga para sarjana Nahdlatul Ulama (NU) setelah lulus dari pembelajaran di perguruan tinggi.

"Pertama, sarjana NU harus lazil khosyyah,  yakni senantiasa menjaga rasa takut kepada Allah SWT," kata Gus Hudallah kepada NU Online di Temanggung, Selasa (17/3).

 

Menurutnya, ilmu dan status, termasuk status kesarjanaan kalau tidak memberi manfaat maka akan membahayakan. Ilmu dan status bisa mengangkat derajat manusia tetapi juga bisa menjerumuskan manusia.  

 

"Ilmu dan status juga bisa menyelamatkan manusia, tetapi juga bisa membunuh manusia. Rasa takut kepada Allah akan menjadikan ilmu yang didapat akan mengangkat dan menjadikan manusia lebih bermanfaat," tegasnya.

 

Sedangkan yang kedua lanjutnya, husnul khidmah kepada NU. Setelah dengan ilmu  itu manusia bisa mendatangkan manfaat, maka akan menjelma  menjadi kekuatan yang tangguh di tengah belantara peradaban dan persaingan jika diikat dalam wadah Nahdlatul Ulama (NU).

 

"Maka di manapun, kapanpun, dan dalam keadaan bagaimanapun, para sarjana, akademisi dan profesional NU bahwa dirinya adalah bagian dari NU'" ungkapnya.

Oleh karena itu ujarnya, para sarjana NU dari disiplin ilmu apapun harus aktif mengambil prakarsa kepeloporan dan peran dalam kondisi apapun demi kebesaran dan kejayaan NU.

 

"Itulah dua hal yang harus selalu dijaga oleh para sarjana NU. Kalau hal itu bisa dijaga dan direalisasikan, maka para sarjana NU akan berjaya bersama kejayaan dan kebesaran NU," ujarnya 

 

Kepada para sarjana NU yang baru saja menyelesaikan aktivitas akademisnya di harapkan untuk bersegera merapat ke NU, memperkuat barisan Nahdliyin bersama-sama menjawab problem bangsa. 

 

Kontributor: Samsul Huda
Editor: Abdul Muiz