Sekolah Melon Berbasis Greenhouse: Wujud Integrasi Teknologi dalam Sistem Pendidikan Pesantren
Jumat, 16 Februari 2024 | 21:00 WIB
Sekolah Melon berbasis Greenhouse di Bumi Satmakura Jalan Tirtayasa Campang Jaya Sukabumi, Bandar Lampung, Jumat (16/2/2024). (Foto: istimewa)
Bandarlampung, NU Online
Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren (Hebitren) Provinsi Lampung menggelar Sekolah Melon berbasis Greenhouse di Bumi Satmakura Jalan Tirtayasa Campang Jaya Sukabumi, Bandar Lampung, Jumat (16/2/2024). Kegiatan ini merupakan wujud integrasi teknologi pertanian modern ke dalam sistem pendidikan pesantren.
Sekolah Melon berbasis Greenhouse akan digelar tiga hari mulai 16-18 Februari 2024 dan diikuti oleh 30 peserta yang berasal dari berbagai pesantren se-Provinsi Lampung. Dalam kurikulumnya, Sekolah Melon berbasis Greenhouse mengedepankan pembelajaran teori dan praktik yang diharapkan dengan cepat diserap oleh para peserta.
Ketua Hebitren Lampung Hasan Errezha mengatakan bahwa jenis melon yang dikembangkan pihaknya adalah Melon Sultan. Melon ini menurutnya memiliki kelebihan dari melon biasa, seperti kulit kuning keemasan, tekstur kulit cantik, dan daging buah yang segar dan menarik. Tekstur daging buahnya pun lembut dan renyah serta yang terpenting rasa manis yang mengalahkan rasa melon-melon lainnya.
Saat ini, Melon Sultan saat ini dibudidayakan di 14 greenhouse menggunakan teknologi modern yakni Internet of Things (IoT). Selain sebagai wahana melatih kewirausahaan para santri di bidang pertanian, lanjut Hasan Errezha, Sekolah Melon sekaligus budidaya Melon Sultan di greenhouse pesantren ini juga semakin mengukuhkan bahwa santri bukan hanya berkutat dengan kitab kuning. Para santri juga memiliki daya saing tinggi di bidang ekonomi.
Sementara Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama H Puji Raharjo yang hadir pada program tersebut memberikan apresiasi kepada Hebitren Provinsi Lampung yang telah berinisiasi menggelar Sekolah Melon berbasis Greenhouse.
“Program ini sangat strategis dan menjadi langkah positif dalam mendayagunakan potensi pesantren untuk adaptif pada perkembangan teknologi khususnya teknologi pertanian,” katanya.
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Lampung ini juga menilai bahwa program Sekolah Melon ini merupakan langkah progresif menuju pemberdayaan ekonomi dan kemandirian pesantren.
"Program ini tidak hanya tentang pembelajaran budidaya melon. Ini adalah tentang bagaimana kita dapat menginspirasi dan mendorong pesantren untuk menjadi lebih mandiri secara ekonomi, sambil berkontribusi pada pengembangan ekonomi lokal melalui inovasi dan kreativitas,” ungkapnya pada kegiatan yang dihadiri oleh H Mochtar Sani, pendiri Institut Satmakura Insan Sejahtera ini.
Ia berharap program inspiratif ini mampu menjadi model untuk dikembangkan dan dilanjutkan di masa yang akan datang bukan hanya di Lampung tetapi juga di seluruh Indonesia.
“Program ini menunjukkan potensi sinergi antara nilai-nilai tradisional pesantren dan inovasi teknologi modern. Kita berharap pesantren di Lampung khususnya terus bergerak dan berpartisipasi aktif dalam pemberdayaan ekonomi umat, melalui pendekatan yang berkelanjutan di bidang teknologi yang ramah lingkungan,” harap alumni Pesantren Tebuireng ini
Ia optimis dengan fokus pada pembangunan kapasitas, inovasi, dan kolaborasi, Sekolah Melon berbasis Greenhouse bisa menjadi langkah baru menuju masa depan yang berkelanjutan dan sejahtera bagi pesantren. “Pesantren yang memang awalnya dilahirkan secara mandiri harus terus memperkuat kemandirian dengan inovasi dan adaptif pada perkembangan zaman,” harapnya.