Sinergi UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan GKMNU Bangun Generasi Muda yang Sehat
Ahad, 24 November 2024 | 22:15 WIB
Pelatihan bertajuk Bimbingan Remaja yang Sehat dan Terampil Mengelola Diri diadakan UIN Bandung. (Foto: istimewa)
Bandung, NU Online
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung melalui Program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) bekerja sama dengan Gerakan Kepedulian Masyarakat Nahdlatul Ulama (GKMNU) Kabupaten Bandung, mengadakan pelatihan bertajuk Bimbingan Remaja yang Sehat dan Terampil Mengelola Diri.
Kegiatan ini digelar dari tanggal 13-20 November 2024 dengan melibatkan 60 peserta dari kalangan Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU). Tujuan kegiatan ini sebagai upaya membantu generasi muda menghadapi berbagai persoalan yang sering mereka temui.
Dosen UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Arip Budiman mengatakan salah satu fokus utama dalam pelatihan ini adalah penguatan moderasi beragama. Hal ini bertujuan agar remaja IPNU dan IPPNU mampu bersikap moderat dalam memahami perbedaan dan menjadi aktor yang mengedepankan harmoni di tengah masyarakat yang beragam.
"Moderasi beragama ini juga diperkuat dengan pengenalan literasi digital, sebuah keterampilan penting di era digitalisasi yang erat kaitannya dengan penyebaran informasi dan pengaruh isu-isu moderasi," kata Arif kepada NU Online, Ahad (24/11/2024).
Selain itu, peserta diberikan edukasi tentang pencegahan pernikahan anak dan pentingnya kesehatan reproduksi, baik untuk laki-laki maupun perempuan. Materi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran remaja akan risiko pernikahan dini serta memberikan pemahaman dasar tentang menjaga kesehatan organ reproduksi.
"Dengan bekal ini, diharapkan para peserta dapat menjadi pelopor perubahan di masyarakat, khususnya dalam menekan angka pernikahan dini dan kasus kekerasan seksual," jelasnya.
Dikatakan Arif, kasus pernikahan anak di Bandung presentasenya masih cukup tinggi sebab itu penguatan moderasi beragama sangat diperlukan. Beberapa alasan orang tua dalam menikahkan anaknya yang masih remaja, biasanya karena pertimbangan agar terhindar dari zina. Akan tetapi, pandangan yang terlalu condong atau ekstrem pada agama ini tidak disertai dengan wawasan yang cukup mengenai pentingnya kesehatan reproduksi bagi si perempuan, dan mental bagi laki-laki.
Menurutnya, moderasi beragama menjadi cara pandang dalam beragama agar anak muda memiliki sikap yang seimbang dan toleran. Oleh sebab itu, dalam kasus pecegahan pernikahan anak, perlu memiliki sudut pandang yang berimbang antara tafsir dalam beragama dan wawasan mengenai pentingnya mengetahui kesehatan seksual bagi para remaja.
"Tujuannya adalah agar pernikahan yang mawaddah, warrahmah, dan wamarufan ini bisa terjadi," ujar Arif.
Pelatihan ini terdiri dari tiga sesi utama yang bertujuan membekali remaja dengan kemampuan pengelolaan diri yang sehat, berorientasi pada nilai-nilai Islam, serta keterampilan komunikasi yang efektif. Dalam sesi pertama, para peserta diajak untuk memahami konsep diri remaja yang sehat dan pentingnya membangun jembatan harapan.
"Melalui pendekatan ini, diharapkan peserta mampu menjadi fasilitator yang membantu remaja lain dalam menyelesaikan permasalahan hidup mereka," ujar Fasilitator Neng Hannah.
Sesi kedua fokus pada tantangan dan problematika remaja di era modern, yang kerap kali menghadapkan mereka pada dilema moral dan sosial. Para peserta juga diberi materi tentang konsep diri remaja dalam Islam sebagai dasar penguatan nilai spiritual dan etika.
"Pendekatan ini dirancang agar remaja dapat menghadapi tantangan hidup dengan lebih percaya diri dan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Hal ini menjadi sangat relevan mengingat tingginya angka pernikahan anak dan kekerasan seksual di Kabupaten Bandung," imbuhnya.
Materi terakhir pada pelatihan hari pertama membahas keterampilan mengambil keputusan dan komunikasi yang efektif. Kemampuan ini dianggap krusial bagi para peserta agar mereka tidak hanya mampu menjadi fasilitator yang andal, tetapi juga dapat berperan sebagai agen perubahan di lingkungannya.
"Dalam sesi ini, peserta dilatih untuk berpikir kritis, bertindak strategis, dan membangun dialog yang konstruktif, terutama ketika berhadapan dengan persoalan remaja yang kompleks," jelasnya.
Arif menambahkan, kegiatan ini tidak hanya berfokus pada transfer ilmu, tetapi juga pada pembentukan karakter remaja yang tangguh dan berintegritas. Sinergi antara UIN Sunan Gunung Djati dan GKMNU Kabupaten Bandung dalam menyelenggarakan pelatihan ini merupakan langkah strategis dalam menciptakan generasi muda yang siap menghadapi tantangan zaman.
"Dengan melibatkan pelajar IPNU dan IPPNU, diharapkan mereka tidak hanya menjadi penerima manfaat, tetapi juga penggerak yang membawa perubahan positif bagi masyarakat di sekitarnya," tandasnya.