Jember, NU Online
Ulama besar asal Bangkalan, Syaikhona Kholil merupakan penentu berdirinya organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Kiai berpengaruh tersebut merupakan guru dari para kiai besar yang pernah ada di Indonesia sehingga perjuangannya hidupnya perlu ditiru oleh generasi muda.
Hal itu mengemuka dalam bedah buku Syaikhona Kholil Bangkalan; Penentu Berdirinya Nahdlatul Ulama di Aula Nadlatul Ulama Cabang Kencong Sabtu (1/7). Narasumber kegiatan tersebut adalah Nico Ainul Yakin yang merupakan editor buku. Kemudian Pimred Metro TV Charles Meikiansyah dan Rais Syuriyah PCNU Kencong KH Khoiruzad Maddah sebagai pembanding.
"Ini sebenarnya introspeksi agar kita terus menjaga kesatuan bangsa," kata Nico. Sebab, kelompok radikal maupun rasis mulai berkembang. Hal itu karena ada distorsi sejarah. Padahal, Islam di Indonesia sudah jelas ketika dilihat dari sejarah.
Perjuangan Kiai Kholil selalu mengedepankan semangat toleransi, akulturatif seperti yang dipegang oleh NU sekarang sehingga paham radikal tersebut perlu diantisipasi agar tidak merusak tatanan.
"Mereka yang radikal itu sebenarnya ahistoris," terangnya.
Melalui bedah buku itu, diharapkan warga NU tidak lupa dengan sejarah Islam. Kemudian tetap menjaga keutuhan NKRI dan Pancasila. Karena itu menjadi visi yang besar bagi ulama NU sampai sekarang.
"Syaikhona selalu sadar sebagai warga Indonesia dan melakukan perjuangan," ujarnya.
Sementara itu KH Hasyim Wafir, ketua Tanfidziyah NU Kencong menambahkan ruh dari perjuangan Syaikhona bisa terus dikembangkan oleh warga Nahdliyin. Sebab, NU didirikan bukan untuk keduniaan saja, tapi berjuang menegakkan Ahlussunah wal Jamaah, mewujudkan Islam rahmatan lil alamin.
"NU Berdiri juga atas restu Kiai Kholil," tambahnya.
Kemudian, Charles Meikiansyah mengatakan bahwa Syaikhona Kholil merupakan guru dan pejuang. Yakni melalui jalur pendidikan yang mencetak santri berkualitas dan menjadi cikal-bakal berdirinya NU. Sehingga semangat perjuangannya perlu ditiru.
Apalagi, tantangan bangsa semakin berat, mulai dari sikap intoleransi, radikalisme, dan lainnya. NU sendiri merupakan Islam yang selalu menjunjung semangat nasionalisme dan pluralisme.
"Sekarang yang lepas dari nilai yang dimiliki Syaikhona adalah kemandirian," tuturnya.
Dalam hal ini adalah mandiri dalam pendidikan sehingga menghasilkan keluaran yang berkualitas seperti yang pernah dilakukan oleh Syaikhona Kholil. "Selain memiliki ilmu yang tinggi, Syaikhona juga memberikan teladan bagi santrinya," pungkas Charles. (Bagus Supriyadi/Mukafi Niam)