Kediri, NU Online
Taman Baca Mahanani punya cara unik merayakan Hari Buku Nasional 2024, yaitu membuat acara Mahanani Book and Art Festival. Perhelatan ini digelar pada Sabtu-Ahad (17-18 Mei 2024) di Kompleks Taman Baca Mahanani, Jalan Supiturang Utara, Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur.
Acara tersebut didukung oleh sejumlah komunitas antara lain Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kediri, Metafor.ID, UKM Teater Kanda IAIN Kediri, UKM Pers Dedikasi IAIN Kediri, Sanggar Tari Dworowati, Teater Adab, Sanggar Wasesa.
Ikut serta mendukung yaitu Kampung Dongeng Ramadhani-Kediri, Warkop Maspu, TualangBuku, Sokola Pelangi, Forum Taman Baca Masyarakat Kota Kediri, Gubuk Baca Malang, Penerbit Buku Bening-Rua Aksara, Langgar.co, dan Insist Press Yogyakarta.
"Mahanani Book and Art Festival merupakan bentuk kepedulian terhadap masa depan buku di tengah era digitalisasi. Kami ingin menunjukkan bahwa literasi dapat dinikmati dengan berbagai cara, tidak hanya melalui membaca," kata Alvin Nur, ketua panitia Mahanani Book and Art Festival.
Alvin menambahkan, Mahanani Book and Art Festival bukan hanya tentang buku, tetapi juga tentang seni dan budaya. Panitia melibatkan acara seni agar cara memaknai dan merayakan hari buku lebih berkesan.
Oleh karenanya, ada ragam kegiatan diskusi literasi, seni dan budaya dalam Mahanani Book and Art Festival antara lain Sambang Kandang Kewan dan Anak-anak Ramadhani Berbagai Isi Buku dan diskusi publik bertajuk Perempuan, Buku, dan Warisan Generasi.
Baca Juga
Mendorong Literasi Digital Warga NU
Ada juga acara dengan tema Derita Pencinta Buku di Kediri sebagai ruang bertemu para aktivis, penulis buku, pegiat literasi, pengamat kondisi literasi dan buku di Kediri.
Acara lainnya adalah berbagi isi buku melalui tajuk Remaja Gila Baca sebagai bentuk apresiasi kepada remaja usia SMA yang masih memberikan waktu untuk membaca buku. Lalu, MahananiArt Performance dengan topik Iqra’ Bismirobbikal ladzi Kholaq.
"Kami berharap festival ini dapat menjadi wadah bagi masyarakat untuk berkumpul, berdiskusi, dan merayakan kecintaan mereka terhadap buku dan seni," jelasnya.
Alvin mengatakan, acara festival ini diharapkan menjadi sulutan api kepada masyarakat luas agar kembali jeda sejenak menyelami dan merefleksi kondisi literasi dan buku yang berada di persimpangan jalan.
Kondisi literasi di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Minat baca masyarakat rendah, dan buku semakin ditinggalkan. Indeks literasi digital masih terendah di ASEAN. Festival ini diharapkan membangkitkan kembali semangat literasi di masyarakat.
Ia membeberkan data tentang rendahnya minat baca masyarakat Indonesia yang hanya 0,001%, artinya ada 1 orang yang rajin membaca dari 1000 orang. Hal ini menguatkan fakta bahwa buku semakin ditinggalkan, anak-anak, remaja, dan usia dewasa lebih memilih gadget daripada buku.
“Tentu, festival buku dan seni yang diselenggarakan oleh Taman Baca Mahanani ini bukanlah sulapan solusi. Tetapi, festival ini sebagai sulutan api untuk merenung kembali kondisi literasi di negara kita," tandasnya.