Daerah

Tenaga Medis Rumah Sakit Kristen Kuliah di Unipdu

Sabtu, 13 Juli 2013 | 04:30 WIB

Jombang, NU Online
Kampus Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu), Peterongan, Jombang, tidak hanya menerima mahasiswa muslim. Beberapa tenaga medis dari rumah sakit Kristen juga merampungkan kuliah di sana.<>

Rektor Unipdu Peterongan Jombang, Prof Dr H Ahmad Zahro menandaskan bahwa kebijakan menerima sejumlah tenaga medis non muslim adalah sebuah terobosan. Tidak semata keuntungan materi yang dicari. “Kami bisa mengenalkan budaya pesantren yang toleran kepada mereka,” tandasnya suatu ketika.  Apalagi dari kehadiran mereka bisa dilakukan kerjasama saling menguntungkan.

Kampus ini telah lama melakukan komunikasi dan kerjasama saling menguntungkan dengan Rumah Sakit Kristen Mojowarno yang lokasinya tidak terlalu jauh dari kampus ini. “Ada sejumlah tenaga medis rumah sakit Kristen itu yang menyelesaikan pendidikan kesarjanaan di kampus kami,” kata dr H Zulfikar As’ad, salah seorang pimpinan Unipdu, Jum'at (12/7).

“Dengan kerjasama tersebut, civitas akademika telah terbiasa mengaplikasikan pluralisme dan demokrasi dalam keseharian,” kata Gus Ufik, sapaan akrabnya.

Gus Ufik menambahkan, nilai-nilai demokrasi dan pluralisme telah tertanam dengan baik di kampus Unipdu. Bahkan hal ini mendapat apresiasi dari negara Amerika Serikat yang mengundang dua perempuan pimpinan Unipdu untuk hadir pada Islamic Leader Training Program. “Ini mengindikasikan bahwa apa yang telah kami lakukan mendapat perhatian dari dunia internasional, khususnya Amerika Serikat,” ungkapnya.

“Di kampus ini para mahasiswa bisa berdampingan dengan siapa saja tanpa membedakan latar belakang seseorang, termasuk suku agama dan ras serta antar golongan,” lanjutnya.

“Inilah yang akan diraih dari pesantren ini yakni bagaimana bisa melahirkan muslim yang bagus,” terangnya. Implementasinya bagaimana para santri maupun mahasiwa di dalamnya bisa memberikan manfaat kepada sesama tanpa membedakan latar belakang manusia di sekitarnya.

Gus Ufik juga menolak kalau dikatakan pesantren menjadi ajang bagi kemunculan gerakan Islam yang merusak. “Mengaitkan pesantren dengan terorisme adalah sebuah kesimpulan yang salah,” terangnya.

Unipdu memang tergolong unik. Dengan sedikit berpromosi, Profesor Zahro memandaskan bahwa hanya di kampus inilah yang berani mencantumkan kata pesantren sebagai nama kampus. “Ini mengindikasikan bahwa antara kampus dengan pesantren tidak dapat dipisahkan,” tandasnya.

Sebagai konsekuensi, banyak sekali muatan pesantren yang diajarkan disamping mata kuliah seperti layaknya di kampus lain.  Bahkan penguasaan kegiatan keagamaan yang mentradisi seperti tahlil, istighotsah dan sejenisnya adalah diantara yang harus dikuasai mahasiswa.



Redaktur    : A. Khoirul Anam
Kontributor: Syaifullah


Terkait