Daerah

Zawawi Imron: Pesantren Berandil Besar Lestarikan Bahasa Madura

Rabu, 23 November 2005 | 05:22 WIB

Surabaya, NU Online
Budayawan dan penyair asal Madura, D Zawawi Imron mengemukakan, sejak dulu, pesatren memiliki andil besar dalam upaya pelestarian dan pengembangan Bahasa Madura.

"Bukan hanya dalam pergaulan sehari-hari antara guru dengan santri dan santri dengan santri, lebih dari itu, Bahasa Madura juga menjadi bahasa pengantar dalam pendidikan," ujarnya dalam seminar Bahasa Madura yang diselenggarakan Balai Bahasa Surabaya, Rabu.

<>

Ia mengemukakan, komunikasi dalam Bahasa Madura itu digunakan oleh guru kepada santri dalam menjelaskan masalah-masalah fiqih, tauhid maupun tasawuf yang rumit-rumit. Karena itu, pada masa lalu Bahasa Madura disebut sebagai bahasa ilmiah di pesantren.

"Sampai sekarang masih ada beberapa pesantren yang masih mempertahankan pengembangan Bahasa Madura, seperti Pesantren Salafiayah Syafi’iyah, Sukorejo, Situbondo yang dulu dipimpin oleh KH As’ad Syamsul Arifin, kini sudah almarhum," ungkapnya.

Namun, katanya, kini sudah banyak pesantren yang kemudian menggunakan Bahasa Indonesia sebagai pengantar dan bahasa pergaulan karena banyaknya santri yang datang dari berbagai penjuru tanah air.

Zawawi cukup prihatin, karena sekolah-sekolah umum yang sebelumnya menggunakan pengantar dengan Bahasa Madura, kini justru masalah tersebut kurang mendapatkan perhatian lagi.

"Akibat kurangnya pendidikan Bahasa Madura, maka buku-buku pelajaran yang biasa digunakan di sekolah sudah semakin langka, tenaga pengajar Bahasa Madura yang terdidik secara khusus juga langka. Akibatnya pendidikan Bahasa Madura menjadi tidak optimal," ujarnya.

Bersamaan dengan itu pula, pelajaran peribahasa Madura yang berisi pandangan hidup atau tuntunan budi pekerti dan berfikir positif cara Madura tidak lagi menjadi sandaran bagi anak-anak Madura.

"Dengan demikian, filosofi Madura mulai menghilang di tanah kelahirannya sendiri. Padahal, peribahasa Madura masih banyak yang mengandung nilai positif untuk dijadikan pegangan dalam kehidupan modern ini," katanya.

Karena itu, menurut dia, para pemangku budaya Madura perlu bekerja keras untuk menghidupkan dan menanamkan kembali nilai-nilai hidup positif untuk memberikan citra yang baik bagi orang Madura.

"Dengan demikian, pandangan stereotip terhadap orang Madura pelan-pelan bisa ditepis dan akan berganti dengan citra baru yang memberi harkat dan martabat baru bagi orang Madura," ucapnya.(ant/mkf)


Terkait