KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dengan gayanya yang tenang sedang memangku gadis kecil bernama Zannuba Arifah Chafsoh Rahman di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta pada 1980-an malam hari. Bukan sedang menikmati suasana malam atau pun rekreasi, tetapi sedang mengomandani amal bakti berupa penggalangan dana untuk rakyat Palestina.
Gadis kecil yang saat ini akrab disapa Yenny Wahid itu mengungkapkan, saat itu ayahnya mengenakan kaos bertuliskan “Palestina”. Kala itu, Gus Dur menggelar malam pengumpulan dana dan aksi simpati terhadap warga Palestina bersama para tokoh dan sejumlah seniman, di antaranya Sutardji Calzoum Bachri.
Simpati kemanusiaan terhadap sebuah bangsa, terutama kelompok tertindas dan lemah (mustadh’afin) adalah salah satu persoalan pokok yang menjadi perhatian Gus Dur hingga akhir hayatnya. Apapun agama, keyakinan, bangsa, etnis, rasnya bukan menjadi pembatas bagi Gus Dur untuk melindungi mereka, baik yang di dalam negeri maupun peran kebangsaannya di luar negeri.
“Saat tidak banyak orang memiliki perhatian terhadap isu Palestina, Gus Dur terus menyuarakan pembelaan terhadap rakyat Palestina,” tulis Yenny Wahid dalam pengantar buku Gus! Sketsa Seorang Guru Bangsa (2017) yang ditulis 20 orang tokoh nasional perihal sosok Gus Dur.
Sikap konsisten Gus Dur di saat banyak orang acuh memiliki sejarah panjang. Karena sejak dari kakeknya, KH Hasyim Asy’ari kemudian dilanjutkan oleh ulama-ulama NU, pembelaan terhadap Palestina atas penindasan yang dilakukan oleh kaum Zionis terus dilakukan dengan berbagai macam cara.
Yang dimaksud ‘kaum Zionis’ tersebut karena tidak semua warga Yahudi di Israel menyetujui langkah-langkah militer yang dilakukan oleh Pemerintah Israel dan kaum Zionis.
Menurut cerita yang diungkapkan oleh salah seorang sahabat Gus Dur, KH M. Luqman Hakim (2018), Gus Dur pernah diundang oleh Forum Global American Jewish Committee (AJC) pada 2002 silam di Washington DC, Amerika Serikat. Bahkan, Gus Dur pernah menjadi pembicara utama di forum tertinggi, Kongres Yahudi.
Saat itu, Gus Dur mendapat kecaman dari masyarakat di dalam negeri terkait kehadirannya di forum umat Yahudi. Namun, Gus Dur melihat tujuan yang lebih luas, yakni diplomasi kultural untuk mewujudkan perdamaian Palestina dan Israel. Terutama untuk kedaulatan rakyat Palestina dari aksi-aksi militer Israel.
Terkait langkah Gus Dur tersebut, KH Luqman Hakim mengisahkan bahwa dirinya pernah bertanya langsung kepada Gus Dur perihal cara dirinya mendamaikan Palestina dan Israel.
“Saya pernah ngobrol dengan Gus Dur soal bagaimana cara beliau mendamaikan Israel-Palestina. Dan jawaban Gus Dur di luar dugaan saya, sangat strategis, jenius, dan kultural sekali,” ungkap Kiai Luqman yang ditulis melalui akun Twitternya, @KHMLuqman.
Kiai yang juga Pakar Tasawuf ini mengemukakan, langkah untuk mendamaikan Palestina-Israel Gus Dur lakukan ketika melakukan usaha yang sama saat Gus Dur berupaya mendamaikan Serbia dan Bosnia di Eropa. Cara yang Gus Dur lakukan untuk Palestina-Israel sebagaimana saat Gus Dur mendamaikan Bosnia-Serbia tanpa disorot media, tetapi beres.
Meskipun cita-cita dan upaya keras Gus Dur belum juga berhasil mendamaikan Palestina dan Israel, tetapi setidaknya Gus Dur merupakan tokoh yang getol meletakkan fondasi perdamaian antara Palestina dan Israel, salah satunya dengan menjadi pembicara utama di forum tertinggi, Kongres Yahudi.
Penulis: Fathoni Ahmad
Editor: Muchlishon