Fragmen

Haul Mbah Sambu dan Agenda Kebudayaan Lasem

Selasa, 20 September 2016 | 20:00 WIB

Setiap setahun sekali tanggal 14 Dzulhijjah, selama 3 hari  Masjid Jami’ Lasem menyelenggarakan Haul Mbah Sambu, Adipati Tejakusuma I atau Mbah Srimpet dan Masyayih Lasem. Acara haul tersebut bukan hanya diisi kegiatan ritual atau keagamaan seperti tahlil, hataman Al Qur’an, sunatan massal dan prosesi pemberangkatan/ pemulangan jamaah haji. Tapi juga dimeriahkan oleh berbagai kegiatan berdimensi budaya. Seperti karnaval, lomba hadrah, dan lomba pidato.

Rangkaian kegiatan tersebut melibatkan berbagai elemen masyarakat secara swadaya dan diselenggarakan cukup meriah, sebagai event budaya terbesar di Lasem bahkan Rembang. Sehingga wajar jika dalam workshop penguatan budaya lokal  tanggal 9-10 Desember 2011 di Yogyakarta yang  diselenggarakan Universitas Negeri Yogyakarta atas kerjasama Direktorat Pendidikan Masyarakat Kemendikbud penulis yang diundang sebagai Ketua RB3/ Sambua memasukkannya dalam Agenda Kebudayaan Tahunan Rembang.

Mbah Sambu atau Sayyid Abdurrahman Basayaiban wafat 1671. Beliau putera Pangeran Benawa, putera dari Jaka Tingkir alias Sultan Hadiwijaya Raja Kerajaan Pajang, cikal bakal Kerajaan Mataram Islam. Menantu Sultan Trenggono Raja Kerajaan Islam Demak. Mbah Sambu berjasa menyiarkan agama Islam di Lasem. Wilayah Lasem saat itu meliputi Sedayu Gresik, Tuban, Rembang, Pati sampai Jepara. Atas jasanya menjaga stabilitas keamanan itu Mbah Sambu yang  juga menantu  Adipati Lasem diberi tanah perdikan kampung Kauman termasuk lokasi Masjid Jami’ Lasem sekarang.

Keturunan Mbah Sambu meninggalkan Rumah Gedong di Kampung Kauman Desa Karang Turi. Memberi kesempatan menempati sementara kepada warga termasuk yang berstatus boro selama tidak mampu membeli rumah atau kontrak. Sampai sekarang Rumah Gedong tua peninggalan abad 17 itu masih berdiri megah, masih ditempati beberapa kepala keluarga. Pemerintah seharusnya tanggap menetapkan sebagai bangunan cagar budaya.

Mbah Sambu juga tercatat dalam sejarah asal usul masyayikh Lasem, Pesantren Tebuireng dan Tambakberas Jombang sebagai leluhur mereka. Puncak acara haul pada Jumat 16 September 2016 diisi pembacaan Tahlil oleh Gus novian Azis mas’ud, sambutan Nadzir oleh KH M. Zaim Ahmad Ma’shoem dan Mauidzoh Hasanah oleh KH.Agus Qayyum. Malam hari sebelumnya diisi Gema Shalawat dan pembagian hadiah lomba hadrah al banjari se Kab.Rembang dan sekitarnya 

Pagi sebelumnya pembacaan tahlil di makam Mbah Srimpet Adipati Lasem Tejokusumo 1. Dilanjutkan siangnya hataman Al Qur’an bi Ghaib di berbagai masjid dan musolla sekitar. Kemudian di makam Mbah Sambu. Sehari sebelumnya pada siang hari juga ada sunatan massal yang diikuti 25 anak. Masyarakat Lasem dihibur Karnaval berkeliling jalan raya Surabaya-Semarang  di seputar Lasem tidak kurang 3 jam diikuti puluhan regu, sekitar 2000 orang, dari berbagai  sekolah, pondok pesantren. Organisasi kemasyarakatan, sekolah dan perguruan tinggi termasuk UT Pokjar Lasem, yang 2 tahun kemarin dilepas oleh Gubernur Ganjar Pranowo. Mereka berpartisipasi secara sukarela. Berbagai corak ditampilkan peserta pawai. Ada beberapa SD/ MI menurunkan 8 Group Marching Band yang tampil sangat dahsyat. Saya menyaksikannya cukup terharu, sangat membanggakan.

Peserta lainnya ada yang berpakaian daerah dan modis tapi ada juga yang apa adanya mencerminkan kesederhanaan namun penuh semangat berjalan kaki yang cukup jauh sembari membawa sepanduk bertuliskan pesan-pesan penuh makna, mengusung tema-tema tertentu, slogan atau ajakan melanjutkan perjuangan masyayih, atau bercanda menggunakan atribut seperti topi petani yang beraroma kritik membangun, berperan laskar sabil’, busana karnaval batik. Seperti Universitas Terbuka PP Kauman Lasem mengusung tema pendidikan “pembelajaran sepanjang hayat” seperti tema Hari Aksara Internasional yang jatuh tanggal 7 oktober. Karnaval tahun ini  ini juga ada  Kirab Piala Mbah Sambu FC Juara Liga Santri Nasional Regional Jateng

Di sepanjang jalan yang dilalui peserta karnaval berderet ratusan pedagang kaliki lima dadakan. 2 Tahun haul sebelumnya juga ada lomba pidato. Mereka tampil di panggung yang dipersiapkan panitia cukup apik dan megah. Penampilan mereka tidak main-main, semuanya tampil semangat dan  cukup serasi. Dengan thema Menjadi generasi muda yang berprestasi dan berakhlakul karimah.

Sebagaimana dawuh Kyai Habib Ridwan dalam pembacaan manaqib tahun lalu, perlu juga diikuti tahlil pahlawan Islam dalam perang kuning 1750 dalam Babad Lasem disebutkan RM Margono, Tumenggung Widyaningrat atau Oei Ing Kiat dan Kyai Baidlowi Awwal atau Ki Joyo Tirto  bakda sholat Jumat di Masjid Jami Lasem weworo perang sabil menyerang Markas Kompeni Belanda di Rembang. Sehingga wajar semangat persatuan semua etnis yang terjalin sejak dulu itu dalam FGD Pelestarian Kota Pusaka yang diselenggarakan BAPPEDA Rembang dan Kementerian PU tanggal 18 September 2014 penulis dari Padepokan Sambua mengusulkan Lasem Kota Harmoni, mengusung nilai luhur kebersamaan.

Setelah puncak acara nanti masih menyisakan acara prosesi pemulangan jamaah haji beberapa hari kemudian, menunggu kedatangan dari tanah suci. Insyaallah 4 oktober 2016. Pesan yang ingin disampaikan pemberangkatan haji dipusatkan di masjid agar mendapat doa keselamatan dari jamaah masjid bagi jamaah haji asal Indonesia. Sedangkan kedatangan jamaah haji langsung ke masjid tidak ke rumah untuk melakukan sujud syukur dengan menunaikan sholat kemudian membacakan doa untuk kaum muslimin dilanjutkan bersalaman dan selanjutnya diantar jamaah masjid ke rumah masing-masing. 

Kegiatan berbasis budaya local di atas dalam rangkain kegiatan haul tersebut diharapkan nantimya dikembangkan terus. Tahun depan dari elemen masyarakat dapat mengusulkan tambahan beberapa agenda rangkaian kegiatan Haul Mbah Sambu, seperti pameran seni budaya Islam termasuk kaligrafi dan batik, tentu saja sangat positif selama sejalan dengan nilai-nilai perjuangan dan dakwah masyayikh Lasem. (Abdullah Hamid/Fathoni)


Terkait