Sarikat Buruh Muslimin Indonesia (Sarbumusi) merupakan salah satu badan otonom (banom) yang dimiliki oleh Nahdlatul Ulama (NU). Dalam catatan sejarah, Sarbumusi didirikan pada 27 September 1955 di Pabrik Gula Tulangan Sidoarjo, Jawa Timur.
Di masa satu dasawarsa awal, Sarbumusi menjadi salah satu elemen penting dalam bangsa ini, khususnya dalam konteks organisasi buruh. Melalui Sarbumusi, perjuangan NU untuk kaum buruh menjadi lebih kuat dan memiliki pengaruh lebih luas, tidak hanya di tanah air tetapi juga di kancah internasional.
Dalam sebuah acara Rapat Akbar Kongres ke-2 yang diselenggarakan Sarbumusi pada 9 Maret 1965 di gedung Istora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Presiden Soekarno menegaskan peran penting Sarbumusi: “Sarbumusi adalah satu unsur penting, alat penting dalam Revolusi Indonesia ini, satu tenaga besar untuk menjalankan Revolusi Indonesia ini!”
Kemudian, untuk memperkuat organisasi, Sarbumusi juga melakukan proses pengkaderan, yang di dalamnya meliputi pendidikan untuk para pengurus serta anggota. Salah satu kegiatan pendidikan kader yang diselenggarakan oleh Sarbumusi, yakni Cursus (baca: Kursus) Perburuhan. Kegiatan ini merupakan salah satu rekomendasi hasil dari Kongres I Sarbumusi, yang kemudian dilaksanakan hingga tingkatan cabang.
Bukti adanya kegiatan Kursus Perburuhan ini penulis temukan pada salah satu dokumen, yakni sertifikat kelulusan Ujian Akhir Kursus Perburuhan yang diselenggarakan Sarekat Buruh Muslimin Indonesia (Sarbumusi) Cabang Boyolali, Tahun Ajaran 1958 (23 s/d 27 Mei 1958).
Sertifikat yang penulis temukan tersebut, milik seorang aktivis Muslimat NU Boyolali, Nyai Hj Muslimah dan ditandatangani pengurus Sarbumusi Cabang Boyolali, yakni Ketua R. Slamet Kamaluddin dan Sekretaris Choironi. Kemudian di bawahnya, turut mengetahui Wakil Ketua Partai NU Cabang Boyolali KH M Dimjathi Soleh.
Salah satu hal yang menurut saya menarik dari dokumen sertifikat Kursus Perburuhan Sarbumusi Cabang Boyolali, adalah materi yang diberikan kepada peserta dalam kegiatan kursus tersebut, tidak hanya berkaitan dengan dunia pekerjaan semata, tetapi juga menyangkut ideologi bahkan agama.
Materi yang diajarkan serta kemudian diuji, antara lain yang terkait dengan ilmu agama yakni membaca Al-Qur’an, kitab Fatchul Mu’in, Ushul Fiqh, dan tauhid. Kemudian materi lain yakni korespondensi, administrasi kepegawaian, organisasi, dan ilmu tata negara. Tak lupa pula materi tentang K.U.H.P, H.I.R, sejarah Indonesia dan Islam.
Sayangnya, penulis belum sempat mengkonfirmasi lebih lanjut mengenai Kursus Perburuhan itu kepada sang empunya sertifikat, Nyai Hj Muslimah, yang sudah wafat pada tahun 2004 silam. Nyai Hj Muslimah, yang pada saat mengikuti kursus tersebut masih berusia 30 tahun, dinyatakan lulus dengan hasil nilai secara keseluruhan 82 (delapan puluh dua).
Penulis: Ajie Najmuddin
Editor: Fathoni Ahmad