Di sebuah kampung yang tenang, Rampoe (dikenal masyarakat dengan sapaan Poe) hidup bersama istrinya bernama Dina dan dua orang anak. Seperti biasa, hari libur dimanfaatkan Poe untuk ngobrol santai di teras rumah.
Di tengah mereka sedang ngobrol ngalor-ngidul, tetiba tetangganya, Roni dan Rina lewat depan rumah Poe, mereka hendak ke pasar.
“Salut ya bu dengan rumah tangga Roni dan istrinya. Mereka terlihat bahagia terus,” ujar Poe membuka rasan-rasan (menggosipi) tetangganya itu.
“Rumah tangga mereka itu kayak Hari Valentine, pak,” timpal Dina.
“Maksudmu?” tanya Poe.
“Tiap hari romantis terus,” jawab Dina.
“Ternyata kamu tahu banyak ya soal tetangga-tetangga kita,” kata Poe.
“Iya dong, emak-emak gitu loh,” timpal Dina. Poe lalu lanjut bertanya tentang tetangga-tetangga lainnya ke Dina.
Baca Juga
Humor: Calon Istri yang Nurut
Poe: “Kalau tetangga kita yang rumahnya di ujung menurutmu gimana?”
Dina: “Oh, rumah tangga mereka seperti hari Idul Adha.”
Poe: “Maksudnya?”
Dina: “Tiap tahun istrinya korban perasaan.”
Poe: “Kalau tetangga kita yang rumahnya di sebelah?”
Dina: “Oh, kalau mereka kayak Hari Imlek.”
Poe: “Hari Imlek?”
Dina: “Iya, suaminya ngasih angpao tiap hari ke istrinya.”
Poe: “Kalau tetangga kita yang rumahnya deket lapangan bulutangkis itu?”
Dina: “Oh, meskipun tiap hari ramai karena ada orang main bulutangkis, tapi rumah tangga mereka kayak Hari Nyepi.”
Poe: “Kenapa begitu?”
Dina: "Lah iya, wong mereka jarang ngobrol. Suaminya sibuk main hape.”
Poe: “Lah terus rumah tangga kita, menurutmu gimana?”
Dina: “Kebetulan nih, karena kamu tanya. Rumah tangga kita kayak Hari Buruh.”
Poe: “Hari Buruh? Maksudmu gimana?”
Dina: “Kerjaanku banyak, bayaranku dikit, terus setiap aku protes, suaraku gak didengar sama kamu.”