Tukang becak bernama Sunanto yang asal Gulukguluk, Sumenep, Madura terus berdebat dengan penumpangnya yang seorang perempuan.
Si penumpang yang penampilannya necis itu meluncurkan berbagai jurus agar Sunanto mau memberikan ongkos murah.
Mulai dari jurus bahwa dia punya kerabat yang dikenal luas di Madura hingga alasan-alasan lainnya. “Ya sudah 200 ribu aja,” kata Sunanto yang awalnya menyodorkan tawaran 500 ribu.
“Ah mahal, Bang. Masa ke Cendana satu saja segitu. Kemarin teman saya dari sini ke Cendana nomor dua Cuma 10 ribu,” tampik si penumpang yang sekilas profil wajahnya mirip Megawati.
Sunanto berang. Ia tidak habis ada seorang perempuan yang tampilannya necis dan terpelajar tapi pikirannya kayak orang belum pernah sekolah.
“Bang, mau ya? 20 ribu deh,” tawar si perempuan lagi.
Si perempuan menyampaikan alasan cendana satu dan cendana dua. Imajinasi Sunanto seketika sampai pada Gus Dur dan Megawati, R1 dan R1.
“Lho, mbak ini bagaimana? Bedanya Cuma satu angka, tapi cendana satu dan cendana du aitu jauh. Saya harus tanya tukang pos dulu. R1 dan R2 itu kata orang dekat, tapi jauhnya nggak ketulungan. Gus Dur di Jalan Medan Merdeka, Megawati di Jalan Diponegoro,” cerocos Sunanto. (Fathoni)
*) Disarikan dari buku “Kelakar Madura Buat Gus Dur” (Sujiwo Tejo, 2018)