Di Kairo, Alissa Wahid Tegaskan Pentingnya Sebarkan Pemikiran Gus Dur ke Seluruh Dunia
Senin, 29 Januari 2024 | 22:00 WIB
Kairo, NU Online
Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Mesir bekerja sama dengan Al-Azhar Al-Syarif mengadakan Peringatan Haul KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Al-Azhar Convention Center (ACC), Nashr City, Kairo, Mesir, pada Ahad (28/1/2024).
Putri sulung Gus Dur, Hj Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid menegaskan pentingnya menyebarkan pemikiran Gus Dur dalam hal toleransi beragama ke seluruh dunia. Ia juga mengingatkan bahwa Islam merupakan rahmat bagi seluruh umat beragama di berbagai penjuru dunia.
“Mengutip perkataan Gus Dur, tugas kita sebagai hamba Allah di muka bumi ini adalah untuk menjadikan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin, bukan menjadikan Islam sebagai rahmatan lil muslimin,” tegas Alissa.
Sementara itu, Duta Besar Republik Indonesia untuk Mesir Luthfi Rauf menyampaikan bahwa Indonesia dan Mesir memiliki hubungan yang sangat erat. Ia juga mengungkap perjalanan Gus Dur belajar di Al-Azhar Al-Syarif di Mesir.
Selanjutnya, Wakil Grand Syeikh Al-Azhar Al-Syarif, Muhammad Abdurrahman al-Duwaini menjelaskan betapa pentingnya peran umat Islam di seluruh dunia agar bersatu membela hak kemanusiaan rakyat Palestina. Ia sangat yakin, kemerdekaan Palestina tidak akan terwujud bila tanpa persatuan seluruh umat islam dunia.
Ia juga menjelaskan hubungan Indonesia dengan Mesir umumnya dan Azhar khususnya dari masa ke masa. “Termasuk yang pertama kali mengakui kemerdekaan negara Indonesia adalah Mesir," jelasnya.
Selain itu, lanjutnua, Al-Azhar sangat mencintai para pelajar dari Indonesia secara khusus. Bahkan dahulu di Masjid Jami’ Al-Azhar ada sebuah tempat tinggal yang khusus untuk orang Indonesia, disebut Ruwaq Jawi. Ia juga menunjukkan kecintaannya kepada para pelajar Indonesia di Azhar dengan sebuah pernyataan.
“Inna ruhul Azhar tajri fi abnai al-indonisiyy (sesungguhnya ruhnya Al-Azhar itu mengalir juga didalam pelajar Indonesia),” ungkapnya.
Acara Peringatan Haul Gus Dur di Kairo ini diselingi dengan penyerahan bantuan dari LAZISNU PBNU untuk Palestina. Bantuan berupa lima unit ambulans untuk mengakomodasi korban di Palestina diserahkan oleh Direktur Eksekutif NU Care-LAZISNU PBNU Qohari Cholil kepada Sahar Nashir dari Bayt Zakat wa As-Shadaqat (BZS) Mesir.
Sesi pertama Peringatan Haul Gus Dur di Kairo ini ditutup dengan pidato dari Rektor Universitas Al-Azhar Salamah Dawud. Ia bercerita terkait pentingnya menyebarkan pemikiran Gus Dur dan Al Azhar terkait semangat keberagaman beragama di segenap penjuru dunia.
Kemudian sesi kedua diisi oleh Wakil Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Mesir Usamah Al-Azhari. Ia menjelaskan bahwa Gus Dur adalah seorang keturunan Rasulullah yang berjuang menegakkan falsafah perdamaian yang telah digaungkan oleh leluhur-leluhurnya. Ia mengaku sangat mencintai pemikiran Gus Dur terkait perdamaian dan kemanusiaan.
"Dahulu, Dr Bakhit al-Muthi'i, Mufti Mesir selalu meminta dibacakan pemikiran Gus Dur yang tertulis di berbagai media masa dalam bahasa arab," tutur Syekh Usamah Al Azhari.
Ia menjelaskan, Islam tidak hanya rahmat tetapi juga ketenangan bagi seluruh pemeluk agama. Seharusnya, seorang pemuka agama memikirkan maslahat 7 miliar penduduk dunia setiap memberikan fatwa. Hal itu karena fatwa seorang ulama harusnya mendatangkan ketenangan bagi seluruh umat beragama sehingga tak sampai menjadi sumber keresahan.
Selain itu, Syekh Usamah mengagumi sosok Gus Dur sebagai seorang negarawan yang sukses menerapkan pemikiran Al-Azhar selama masa kepemimpinannya sebagai Presiden Republik Indonesia.
“Konsep rahmatan lil 'alamin inilah yang selalu Gus Dur gaungkan, sebisa mungkin Islam itu hadir bukan hanya untuk orang Islam saja, tapi untuk segenap makhluk di seluruh alam ini,” katanya.
Ulama muda Mesir ini menambahi dengan sebuah pernyataan dari kitab Idhohul Asror, “Allah mengutus nabinya itu untuk menjadikannya sebagai rahmatan lil 'alamin sekaligus rohatan (keluwesan) lil 'alamin juga.”
Setelah selesai seminar, dilanjut dengan Peluncuran AWCHIS (Abdurrahman Wahid Center for Humanity and Islamic Studies) oleh Alissa Wahid. Lalu ditutup dengan doa oleh Syekh Usamah.
Kontributor: Muhammad Tholchah Al Fayyadl