Montreal, NU Online
Kolega Jamal Khashoggi yang juga merupakan aktivis Arab Saudi Omar Abdulaziz mengungkapan, Khashoggi menggambarkan Putra Mahkota Saudi Muhammad bin Salman (MBS) sebagai ‘binatang buas’ dan ‘pac-man’ yang haus akan kekuasaan. MBS disebut akan mengganyang siapa saja yang menghalangi jalannya, meskipun itu pendukungnya sendiri.
“Semakin banyak korban yang dia (MBS) makan, semakin banyak yang dia inginkan. Saya tidak akan terkejut bahwa penindasan akan menjangkau bahkan mereka yang mendukungnya," kata Khashoggi yang dikirimkan kepada Abdulaziz pada Mei lalu, dilansir dari laman edition.cnn.com, Senin (3/12).
Pengakuan Abdulaziz tersebut merupakan hasil percakapannya dengan Jamal Khashoggi. Keduanya berkirim pesan melalui aplikasi WhatsApp sejak Oktober 2017 hingga Agustus 2018. Abdulaziz lantas membagikan percakapannya dengan Jamal Khashoggi kepada CNN. Kurang lebih ada 400 pesan WhatsApp, termasuk pesan suara, foto, dan video.
Jamal, kata Abdulaziz, dalam salah satu pesannya juga menyebut kalau MBS tidak segan-segan menghancurkan siapapun yang menghalanginya. Bagi Khashoggi, MBS adalah masalah dan harus dihentikan.
“(Jamal) Percaya bahwa MBS adalah isu serta masalah itu sendiri, dan dia mengatakan anak ini harus dihentikan,” kata Abdulaziz yang mengasingkan diri ke Kanada.
Sebagaimana diketahui, diskusi semacam ini terlarang dan dianggap sebagai sebuah bentuk pengkhianatan di Arab Saudi.
Membentuk ‘pasukan lebah’
Selama saling berkirim pesan tersebut, Jamal Khashoggi dan Omar Abdulaziz memiliki rencana untuk membentuk ‘pasukan lebah.’ Sebuah pasukan siber yang melibatkan anak-anak muda Saudi untuk memaparkan pelanggaran-pelanggaran HAM melalui media sosial, khususnya Twitter.
Khashoggi bertugas mencari dana untuk mendukung gerakan tersebut, sementara Abdulaziz membuat program rencana dan kerjanya.
Namun sayang, pada Agustus lalu Abdulaziz menerima informasi bahwa pemerintah Saudi telah mengetahui proyek mereka. Abdulaziz langsung mengirimkan pesan tersebut kepada Khashoggi.
“Bagaimana mereka bisa tahu? Tuhan ampuni kami,” kata Khashoggi dalam percakapannya WhatsApp-nya dengan Abdulaziz.
Ponsel Abdulaziz diretas
Pada November, sebulan setelah Khashoggi dibunuh, Abdulaziz diberitahu kalau ponselnya telah diretas. Salah satu peneliti Lap Warga Universitas Toronto Bill Marczak mengungkapkan bahwa telepon Abdulaziz diretas pemerintah Saudi dengan menggunakan aplikasi yang dikembangkan perusahaan asal Israel, NSO Group.
Marczak juga mengungkapkan bahwa ada dua orang Saudi lagi yang menjadi target untuk diretas, yaitu Yahya Assiri dan seorang lagi yang bekerja di Amnesty International.
Atas kejadian itu, Abdulaziz menggugat NSO Group. Ia menuduh perusahan asal Israel tersebut telah melanggar hukum internasional karena telah menjual pirantinya kepada Saudi untuk memantau para aktivis.
Sementara itu, NSO Group mengatakan kalau produknya ‘dilisensikan bagi pengguna dalam menyediakan pemerintah dan lembaga penegak hukum untuk secara sah melawan terorisme dan kejahatan.’
NGO Group menegaskan, jika ada penyalahgunaan perangkatnya tersebut maka pihak perusahaan akan mengambil tindakan. Entah itu menangguhkan atau mengakhiri kontra dengan kliennya. (Red: Muchlishon)