Gus Yahya: Komunitas NU di Belanda Terbentuk Secara Alami, Suasananya Seperti di Indonesia
Rabu, 15 Mei 2024 | 12:00 WIB
Gus Yahya saat memberikan arahan dalam acara Pelantikan PCINU Belanda dan Deklarasi PC GP Ansor Belanda, Ahad (12/5/2024). (Foto: dok. PCINU Belanda)
Den Haag, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menilai bahwa komunitas NU di Belanda telah terbentuk secara tradisional dan alami, bahkan sebelum Pimpinan Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Belanda didirikan.
Menurut Gus Yahya, kemudahan orang-orang Indonesia di Belanda dalam berinteraksi dan berkumpul menyelenggarakan acara-acara bersama, baik formal maupun informal, merupakan faktor utama yang memudahkan terbentuknya komunitas NU di Belanda.
"Oleh karenanya, suasana ber-NU di Belanda seperti suasana ber-NU di Indonesia," ujar Gus Yahya saat menghadiri pelantikan PCINU Belanda masa hidmah 2024-2026 dan Deklarasi PC GP Ansor Belanda di Masjid Al-Hikmah, Den Haag, Belanda, pada Ahad (12/5/2024).
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa Islam dengan corak Nusantara sudah lama berkembang di Indonesia, meski istilah Islam Nusantara baru dikenal sejak 2013.
Karena itu, menurut Gus Yahya, anggapan bahwa Islam yang otentik hanya berasal dari Timur Tengah adalah keliru. Bahkan, lanjutnya, saat ini Islam Nusantara telah menjadi salah satu wacana penting dalam diskusi Islam di dunia.
"(Warga) dunia mulai percaya bahwa Islam Nusantara merupakan model peradaban yang layak untuk diteladani," ungkap Gus Yahya melalui keterangan tertulis yang diterima NU Online, Selasa (14/5/2024).
Sementara itu, Ketua PCINU Belanda Nur Ahmad mengungkapkan rasa syukur yang mendalam atas kehadiran sejumlah tokoh dari PBNU, serta akademisi dan pemerhati Islam di Indonesia yakni Prof Holland Taylor dan Prof Martin van Bruinessen.
Nur Ahmad kemudian menyampaikan tiga aspek utama yang menjadi fokus pengabdian PCINU Belanda selama masa kepemimpinannya.
Pertama, PCINU Belanda akan menjadi wadah pemikir (think-tank) yang mendorong dialog berbasis Islam dengan realitas Eropa, mencakup bidang agama, sosial, politik, dan ekonomi. Dialog ini diharapkan dapat memperkaya pemahaman bersama dan mencari solusi atas berbagai tantangan yang dihadapi umat Islam di Eropa.
Kedua, PCINU Belanda akan berperan aktif dalam membentuk relasi timbal-balik (resiprokal) antara Belanda dan Indonesia. Relasi ini bertujuan untuk menyebarkan manfaat dari berbagai sumber daya yang dimiliki oleh kedua negara, termasuk keilmuan, jejaring, dan finansial.
Ketiga, PCINU Belanda akan terlibat dalam penguatan dan peningkatan kualitas Muslim di Belanda di berbagai sektor perjuangan, termasuk akademik, agama, sosial, politik, dan ekonomi.
PCINU Belanda 2024-2026 resmi dilantik
PCINU Belanda masa khidmah 2024-2026 resmi dilantik pada Ahad, 4 Dzulqa'dah 1445 H, bertepatan dengan 12 Mei 2024. Upacara pelantikan berlangsung di Masjid Al-Hikmah, Den Haag, Belanda sejak pukul 13.00 CET (Central European Time) atau waktu setempat hingga 18.00 CET. Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Ketua Umum PBNU Gus Yahya beserta jajaran pengurus.
Rangkaian pembukaan dalam Pelantikan PCINU Belanda ini meliputi registrasi para tamu undangan, lantunan shalawat oleh Komunitas Tombo Ati, istighotsah, dan pembacaan kalam ilahi. Berikutnya, acara disambung dengan sambutan dan pembukaan secara resmi oleh Rais Syuriah PCINU Belanda KH Nur Hasyim Subadi.
Dalam sambutannya ia menyampaikan harapannya tentang penyelesaian terjemah kitab fiqih mazhab Syafi'iyah di kepengurusan PCINU Belanda saat ini.
"Projek ini penting, terutama bagi masyarakat Muslim Indonesia yang sedang merantau di Belanda," ujarnya.
Sementara itu, acara inti dalam Pelantikan PCINU Belanda 2024-2026 diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan mars Syubbanul Wathon, laporan dari ketua panitia penyelenggara, pembacaan SK PBNU oleh Tim PBNU, sambutan dari ketua tanfidziyah terpilih, dan arahan dari ketua umum PBNU. Upacara pelantikan PCINU Belanda ini juga dibarengi dengan deklarasi GP Ansor Belanda.
Upacara pelantikan dan deklarasi ini diakhiri dengan doa penutup yang dipimpin oleh KH Hambali Ma'shum, salah seorang sesepuh dan mustasyar NU di Belanda, dan dilanjutkan dengan foto bersama.