Indonesia Pertanyakan Komitmen PBB Tuntaskan Tragedi Kemanusiaan di Palestina
Senin, 4 Maret 2024 | 10:00 WIB
Menlu RI Retno Marsudi saat berbicara di High-Level Ministerial Event on Human Rights Situation in Palestine, di Jenewa pada Selasa 12 Desember 2023. (Foto: X Retno Marsudi)
Jakarta, NU Online
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) mengutuk penembakan warga sipil Palestina oleh Israel di Gaza yang telah telah mengakibatkan sekurangnya 100 warga sipil yang sedang mencari bantuan kemanusiaan terbunuh. Tragedi kemanusiaan ini telah menimbulkan kecaman dan keprihatinan yang mendalam dari pihak Indonesia.
"Indonesia kecam keras penembakan warga sipil Palestina oleh Israel di Gaza yang tewaskan sekurangnya 100 orang saat mereka sedang mencari bantuan kemanusiaan," demikian pernyataan tertulis Kemenlu RI melalui platform X, dilansir Senin (4/2/2024).
Kemenlu RI juga menyoroti, tragedi kemanusiaan ini telah menyentuh hati nurani dunia, dan menanyakan apakah hal ini belum cukup bagi Dewan Keamanan PBB untuk segera meneken Resolusi gencatan senjata.
“Apakah tragedi kemanusiaan ini masih belum cukup bagi Dewan Keamanan PBB menyepakati Resolusi mengenai gencatan senjata?” tulisnya.
Indonesia mengingatkan Dewan Keamanan PBB bahwa tidak ada satu negara pun yang berada di atas hukum. Selain itu, Indonesia mendesak negara-negara untuk menghentikan bantuan senjata ke Israel demi keadilan dan kemanusiaan.
Seperti diketahui, Israel terus melancarkan serangan brutal kepada warga Palestina di Gaza Palestina sejak perang yang meletus pada 7 Oktober 2023 lalu.
Belum lama ini, Pasukan Israel dilaporkan menembaki warga Gaza yang tengah berkerumun di area lintas truk pengirim bantuan pada Kamis (29/2/2024) waktu setempat.
Militer Israel memberondong warga dengan senjata ketika ribuan warga yang lapar mengepung konvoi 38 truk bantuan. Serangan ini menyebabkan lebih dari 100 orang tewas puluhan terluka, termasuk beberapa orang terlindas truk.
Mengomentari hal itu, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menilai persoalan kemanusiaan di Palestina baik di Gaza maupun Tepi Barat memerlukan konsolidasi politik internasional yang lebih solid.
“Diperlukan konsolidasi politik internasional yang lebih kuat karena blocking politik ini yang memang masyaallah ini sebetulnya tidak bisa diterima secara kemanusiaan atas apa yang terjadi di Gaza dan Tepi Barat,” ujar dia.
Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu menegaskan bahwa situasi kemanusiaan di Gaza dan Tepi Barat tidak dapat diabaikan.
“Soal kemanusiaan tidak ada yang bisa terima sebetulnya. Tapi, peta kekuatan politik global masih sedemikian global sehingga upaya menyelesaikan masalah ini masih menghadapi kesulitan maka diperlukan konsolidasi yang lebih kuat,” jelasnya.