Jakarta, NU Online
Kehadiran Islam ke Jerman membelah masyarakat tersebut ke dua kelompok, yaitu sebagian masyarakat yang menerima dan sebagian lainnya yang menolak. Hal tersebut menimbulkan dinamika tersendiri terhadap Islam di negara tersebut.
"Adanya penerimaan agama Islam dan masyarakat muslim sebagai bagian dari Jerman dapat dilihat dari munculnya kebutuhan akan nilai-nilai Islam yang moderat serta dapat terintegrasi dengan nilai-nilai dasar dan nilai-nilai tradisional masyarakatnya," kata Muhammad Rodlin Billah, Ketua Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Jerman, kepada NU Online pada Kamis (9/5).
Kebutuhan-kebutuhan tersebut, katanya, mulai dituangkan dalam banyak dialog berbagai pihak. Bahkan, lanjutnya, juga mulai dituangkan ke dalam aturan-aturan resmi pemerintah.
Di samping itu, terdapat juga sebagian masyarakat Jerman yang ragu dan cenderung menolak kehadiran Islam atau masyarakat muslim ke negerinya. Hal tersebut, kata Oding, utamanya disebabkan karena munculnya tindakan ekstremisme yang mengatasnamakan Islam di Eropa akhir-akhir ini.
Penolakan mereka diperparah dengan masuknya gelombang imigran pengungsi dari negara-negara konflik baru-baru ini. "PCI NU Jerman diharapkan dapat berkontribusi dalam pemecahan permasalahan-permasalahan ini melalui konsep-konsep Islam Nusantaranya," ucap mahasiswa doktoral bidang Komunikasi Fiber Optik di Institut Teknologi Karlsruhe itu.
Oleh karena itu, dalam upaya melakukan pendekatan persuasif, PCINU Jerman menggelar diskusi atau seminar bekerjasama dengan lembaga-lembaga lain untuk diseminasi nilai-nilai Islam Nusantara.
"Setiap momen atau acara yang kami adakan, kami berusaha untuk mengundang berbagai pihak baik ormas Indonesia di Jerman lainnya, baik muslim dan non-muslim, juga rekan-rekan muslim dari negara lain yang juga tinggal di Jerman," jelasnya.
Oding mencontohkan Konferensi Cabang yang digelar pada April lalu. Dalam rangkaian kegiatan yang menghadirkan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Mohammad Nuh digelar diskusi bersama komunitas muslim yang berbahasa Jerman di Karlsruhe, Deutschsprachiger Muslimkreis Karlsruhe (DMK).
Ketua DMK, kata Oding, Rüstü Aslandur, sangat menyambut baik kehadiran PCINU Jerman. Sebab, ia memiliki ide dasar yang sama dengan Islam Nusantara, nilai-nilai Islam sejatinya dapat berdialog dengan nilai-nilai atau tradisi lokal.
"Saking senangnya, tiap kali Rüstü hadir di acara kami, beliau mengenakan pin dengan logo PCINU Jerman sebagaimana terlihat di foto," ujarnya.
Demikian pula saat pembukaan Konfercab di Berlin, PCINU Jerman mengundang Habib Ubaydullah bin Muhsin Alatas, mertua Habib Umar bin Hafidz. Ulama Mekah yang dalam waktu yang sama diundang oleh Ustadz Mahmud Kellner dan Islamische Akademie di Berlin.
Di samping itu, PCINU Jerman juga membangun NU Global Connection sebagai salah satu bentuk nota kesepahaman (MoU) dengan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Aswaja Center PWNU Jawa Timur, dan Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU).
"Kami berinisiatif untuk membuat NU Global Connection yang diharapkan dapat menjadi wadah Nahdliyin di Indonesia dan luar negeri untuk bertukar pikiran," katanya.
Salah satu program NU Global Connection, katanya, ialah webinar dengan berbagai topik sekitar sains teknologi dengan pembicara dari Jerman dan topik keislaman dengan narasumber dari Indonesia dan Jerman.
PCI NU Jerman, jelas Oding, terbantu dengan adanya PCINU Belanda dan Belgia sebagai tetangganya. Ketiganya telah menjalin kerjasama dalam berbagai bidang dan kegiatan. Ia berharap besar agar pertalian kolaborasi ketiganya dapat diperluas bersama PCINU lainnya, seperti Inggris dan Perancis.
Lebih jauh, ia berharap hubungan PCI NU di Eropa dapat melahirkan PCINU baru di negara-negara lainnya. "Atau bahkan dapat membantu munculnya embrio-embrio PCINU baru di negara-negara Eropa lainnya, seperti Austria, Polandia, Swiss, dan lain-lain," ungkap pria yang kembali terpilih sebagai Ketua PCI NU Jerman itu.
Oding telah memimpin PCINU Jerman sejak April 2017. Nahdliyin di sana kembali mempercayakan amanah tersebut kepadanya bersama KH Syaeful Fatah sebagai Rais Syuriyah sampai tahun 2021 mendatang. (Syakir NF/Muiz)