Konferensi Internasional di Pakistan Bahas Peran NU dalam Penguatan Moderasi Beragama di Indonesia
Senin, 3 Maret 2025 | 12:00 WIB

Konferensi Internasional di Universitas Bahauddin Zakariya, Pakistan. Di forum ini, perwakilan PCINU Pakistan mengungkapkan peran NU dalam penguatan moderasi beragama. (Foto: dok. PCINU Pakistan)
Jakarta, NU Online
Konferensi Internasional bertajuk Wawasan dari Sirah Nabi Muhammad (SAW): Menjelajahi Peran Sufisme dalam Mempromosikan Koeksistensi yang Damai dan Membangun Persatuan di Antara Masyarakat yang Beragam diselenggarakan di Universitas Bahauddin Zakariya (BZU), Multan, Pakistan. Forum ini membahas peran Nahdlatul Ulama dalam penguatan moderasi beragama di Indonesia.
Dalam kesempatan ini, perwakilan PCINU Pakistan M Badat Alauddin didapuk menjadi salah satu pembicara pada dan menjelaskan peran Nahdlatul Ulama dalam menjaga keharmonisan sosial dan keagamaan di Indonesia melalui konsep moderasi beragama.
Ia menjelaskan cara NU yang telah lama mengedepankan Islam toleran dan ramah, sejalan dengan ajaran tasawuf yang menekankan akhlak dan kasih sayang. Di Pakistan, lanjutnya, NU telah berkali-kali menginisiasi diskusi tentang moderasi beragama dengan melibatkan ulama lokal.
Badat menyebut bahwa PCINU Pakistan secara rutin mendatangkan tokoh dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) untuk berdialog dengan lembaga think tank serta pondok pesantren guna memperkenalkan Islam sebagai agama yang ramah dan toleran.
Menurut Badat, moderasi beragama bukan hanya sekadar konsep, tetapi sebuah praktik yang telah lama diterapkan di Indonesia. NU, bersama dengan Muhammadiyah, memiliki peran penting dalam menciptakan masyarakat yang inklusif dan harmonis meskipun terdapat perbedaan latar belakang keagamaan dan budaya.
“Kedua organisasi ini, meskipun memiliki pendekatan yang berbeda, berhasil mempromosikan nilai-nilai toleransi, kebersamaan, dan keadilan dalam masyarakat Indonesia,” jelasnya dalam keterangan yang diterima NU Online, Selasa (3/3/2025).
Selain menyoroti peran NU, Badat Alauddin juga menjelaskan bagaimana Muhammadiyah, dengan pendekatannya yang lebih modern, turut aktif dalam kegiatan filantropi di Pakistan. Muhammadiyah mengimplementasikan semangat Surat Al-Ma’un dalam berbagai program sosial, termasuk bantuan kemanusiaan dan pendidikan.
“Untuk Muhammadiyah sendiri beberapa kali terlibat dalam kegiatan filantropi di Pakistan. Muhammadiyah dengan implementasi surat al-Ma'un membawa semangat pengabdian dan sosial di negara Pakistan. Beberapa akademisi Muhammadiyah turut datang langsung ke Pakistan untuk membawa filusufi sufisme dari surat Al-Maun untuk berkhidmah kepada ummah,” jelas pria yang telah menyelesaikan pendidikan di Islamic University Islamabad itu.
Baca Juga
Moderasi Beragama dan Urgensinya
Konferensi ini diikuti oleh para anggota fakultas, peneliti, dan mahasiswa se-Pakistan. Konferensi ini juga menghadirkan para akademisi dan pakar dari berbagai negara, termasuk Prof Qibla Ayaz, mantan Ketua Dewan Ideologi Islam Pakistan, serta Prof Dr Abdul Quddus Sohaib, Direktur Institut Sufi dan Mistisisme Pakistan. Diskusi yang berlangsung mencakup berbagai aspek kontribusi Sufisme terhadap kehidupan yang harmonis serta relevansinya dengan Sirah Nabi Muhammad.