Jakarta, NU Online
Gempa berkekuatan lebih dari 6 skala richter mengguncang Maroko pada Jumat (8/9/2023) malam. Guncangan yang dahsyat itu mengakibatkan ratusan orang meninggal dunia. Kementerian Dalam Negeri Maroko, sebagaimana dilansir dari Kantor berita Maroko (MAP) mencatat 820 orang meninggal akibat gempa tersebut. Hal itu dirilis pada Sabtu (9/9/2023).
820 korban tersebut tersebar di sejumlah kota di Maroko. Secara rinci, MAP merilis bahwa 394 korban di Provinsi Al Haouz, 271 di Provinsi Taroudant, 91 di Provinsi Chichaoua, 31 di Provinsi of Ouarzazate, 13 di Marrakech, 11 di Provinsi Azilal, 5 di Agadir Ida Outanane, 3 di Casablanca and 1 di Provinsi Youssoufia.
Selain itu, gempa juga mengakibatkan ratusan orang terluka. Catatan Kemendagri setempat terdapat 620 orang mengalami luka-luka, termasuk 250 di antaranya mengalami luka berat.
Pusat Transfusi Darah Regional Marrakesh mengimbau kepada seluruh warga, khususnya yang berada di Kota Marrakesh agar dapat mendonorkan darahnya. Hal ini ditujukan guna membantu korban luka-luka yang demikian banyak.
Gempa ini berpusat 80 km barat daya Marrakesh. Getarannya yang dahsyat ini terasa hingga sejauh 400 km dari titik pusatnya.
Ketua Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Maroko Muhammad Arief Arafat menyampaikan bahwa getaran juga terasa di wilayah yang berbatasan langsung dengan Aljazair.
"Teman-teman yang berada di Kota Oujda, perbatasan Maroko-Aljazair, merasakannya,” kata mahasiswa program magister ilmu-ilmu keislaman dan maqosidnya di Universitas Hassan II di Kota Mohammedia itu pada Sabtu (9/9/2023).
Ia juga mengabarkan bahwa seluruh warga Nahdliyin dan warga Indonesia di Negeri Maghrib itu selamat dari bencana mengerikan itu. “Alhamdulillah tidak ada korban dari warga Indonesia,” kata pria asal Jepara itu.
Arief Arafat juga menuturkan bahwa gempa tersebut dirasakan di seluruh penjuru Maroko. Bahkan, wilayah yang cukup di perbatasan Aljazair juga merasakan getaran gempa itu. “Teman-teman yang berada di Kota Oujda, perbatasan Maroko-Aljazair, merasakannya,” kata pria asal Jepara itu.
PCINU Maroko mengimbau kepada teman-teman WNI khususnya Nahdliyin di Maroko untuk tetap tenang dan terus berdoa untuk keselamatan.
“Tetap melanjutkan aktifitasnya, dengan memperhatikan keselamatan dan prosedur evakuasi jika terjadi bencana kembali,” ujar mahasiswa program magister ilmu-ilmu keislaman dan maqosidnya di Universitas Hassan II di Kota Mohammedia itu.
Sebagai bentuk solidaritas, PCINU Maroko juga akan menggelar doa bersama pada Sabtu (9/9/2023) malam waktu setempat. “Kita insyaallaah akan mengadakan tahlil dan doa bersama nanti malam,” ujarnya.
Tidak hanya itu, bergandengan tangan dengan organisasi lainnya, PCINU Maroko juga akan membuka donasi untuk meringankan beban saudara-saudara di sana.
“Dan insyaallaah akan membuka donasi dengan mengajak organisasi lain di Maroko, seperti Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Maroko dan Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Kerajaan Maroko,” katanya.