Malaysia Lockdown, PCINU Bentuk Tim Khusus Bantu Kebutuhan Nahdliyin
Selasa, 8 Juni 2021 | 08:00 WIB
Pusat bisnis dan perbelanjaan di Malaysia kembali ditutup pada 1 Juni hingga 14 Juni 2021 mendatang. Kecuali beberapa sektor esensial seperti perbankan, media, makanan, dan minuman. (Foto: AFP)
Jakarta, NU Online
Pemerintah Malaysia memutuskan kembali memberlakukan lockdown nasional setelah kasus harian Covid-19 mencapai rekor 9.020 pada 29 Mei 2021 lalu. Pusat bisnis dan perbelanjaan kembali ditutup pada 1 Juni hingga 14 Juni 2021 mendatang. Kecuali beberapa sektor esensial seperti perbankan, media, makanan, dan minuman.
Ketua Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Malaysia Ustadz Rudi Mahfud menjelaskan kondisi Nahdliyin di negeri jiran yang telah diupayakan untuk mendapatkan bantuan berupa paket sembako dari berbagai pihak, termasuk yang diberikan dari PCINU Malaysia sendiri.
“KBRI Kuala Lumpur telah sigap dan mempersiapkan sejak dini untuk membantu para WNI (Warga Negara Indonesia) di Malaysia dengan memberikan bantuan paket sembako. Ditambah, ormas Indonesia khususnya PCINU Malaysia sudah lebih memahami tempat dan bagaimana cara untuk membantu WNI di sini,” kata Ustadz Rudi kepada NU Online, Senin (7/6) malam.
Ia menambahkan, PCINU Malaysia beserta seluruh badan otonom dan lembaga telah membentuk tim kepanitiaan khusus yang dikomandoi Ketua GP Ansor Malaysia Nur Alamin untuk membantu warga NU yang sedang dalam keadaan lockdown.
“Tentu saja kami tetap mematuhi protokol kesehatan yang diterapkan di Malaysia dan tetap berkoordinasi dengan KBRI. Persiapan kali ini lebih rapi dan teratur berbekal pengalaman pada lockdown yang pertama (pada Maret 2020),” tutur Ustadz Rudi.
Ia berharap kepada pemerintah Indonesia dan Malaysia untuk tetap menjaga jalinan kerja sama serta selalu mengedepankan kepentingan rakyat. Lebih dari itu, PCINU Malaysia berharap agar kedua negara tersebut membuat satu persetujuan untuk memberikan akses pulang kepada WNI di Malaysia.
“Terutama kepada WNI yang rentan terhadap serangan Covid-19 seperti orang lanjut usia (lansia), orang sakit, ibu hamil, dan anak,” ujarnya.
Ustadz Rudi menuturkan, pandemi Covid-19 yang telah berlangsung selama lebih dari satu tahun dan membuat Malaysia menerapkan lockdown berkali-kali sangat berdampak langsung kepada Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Malaysia.
“Karena kebanyakan sektor PMI bekerja ditutup seperti bangunan misalnya, yang mana hampir 60 persen PMI bekerja di sektor itu. Walaupun ada pengecualian bagi perusahaan yang sudah berdaftar di Kementerian Perdagangan Malaysia,” katanya.
Meski demikian, hingga kini KBRI Kuala Lumpur sudah membuat persiapan untuk mendata warga PMI yang masih membutuhkan bantuan. Dalam waktu dekat, lanjut Ustadz Rudi, berbagai bantuan akan langsung diserahkan melalui posko-posko yang sudah dibentuk dan mendata nama-nama PMI.
Untuk diketahui, kebijakan lockdown di Malaysia kali ini tetap memperbolehkan restoran untuk beroperasi. Namun, hanya diperkenankan untuk melayani jasa pengambilan mandiri dan pengiriman. Aturannya, hanya dua orang dalam satu rumah tangga yang diizinkan keluar membeli kebutuhan dalam radius 10 kilometer dan tiga orang untuk alasan medis.
Lockdown di Malaysia kali ini diberlakukan lantaran infeksi Covid-19 melonjak drastis setelah banyak orang diduga melanggar aturan mudik saat Lebaran Idul Fitri lalu. Kasus harian untuk pertama kalinya lebih dari 6.000 pada 19 Mei dan mencapai angka tertinggi yakni 9.000 kasus dalam waktu 10 hari.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Fathoni Ahmad