New York, NU Online
Presiden Mesir Mohamad Moursi pada Senin menyatakan ia menentang campur tangan tentara asing dalam kemelut Suriah, namun percaya Presiden Bashar Assad harus pergi.
<>
Dalam wawancara dengan wartawan televisi PBS Charlie Rose menjelang sidang Majelis Umum PBB di New York, Moursi menyatakan empat sekawan diplomat Mesir, Iran, Arab Saudi, dan Turki dapat membantu mengakhiri kemelut 18 bulan itu.
"Saya menentang campur tangan asing dengan kekerasan atas yang terjadi di Suriah," kata Morsi melalui penerjemah, "Saya tidak merestui itu dan saya pikir adalah salah besar jika itu terjadi. Mesir tidak setuju dengan itu."
Moursi, mantan anggota utama Persaudaraan Muslim, yang menjadi presiden pertama Mesir terpilih secara demokratis pada Juni, menyatakan negara Arab harus mendukung rakyat Suriah dalam perjalanan mereka menuju kebebasan.
"Presiden Assad tidak punya pilihan lain selain pergi," tambah Morsi, "Tidak ada ruang untuk perubahan politik. Perubahan adalah yang rakyat inginkan dan kehendak rakyat harus dihormati."
"Penguasa itu harus menyadari bahwa penyelesaian secara ketentaraan tidak akan menghentikan revolusi. Puluhribuan orang tewas dan lebih lagi dapat menyusul, sehingga hal utamanya adalah menghentikan pertumpahan darah," katanya.
Moursi menyatakan membawa pejabat dari Mesir, Iran, Saudi Arabia dan Turki untuk menemukan penyelesaian atas kemelut itu, yang pegiat Suriah katakan telah menewaskan lebih dari 29.000 orang.
Pemerintah Suriah menuduh Arab Saudi dan Turki mempersenjatai pemberontak, sementara pakar PBB menyatakan Iran mempersenjatai pasukan Bashar.
"Itu alasan mengapa saya memilih negara semua tersebut," kata Moursi, "Anda tidak bisa memecahkan masalah tanpa negara yang campur tangan dalam masalah itu. Pemangku kepentingannya adalah yang duduk bersama untuk memecahkan masalah."
Pemimpin Mesir itu menambahkan bahwa ia berharap bisa menyatukan kepala negara keempat negara tersebut untuk membahas perang saudara itu.
Moursi akan berbicara di Majelis Umum PBB pada Rabu.
Dalam delapanbelas bulan kemelut itu, masyarakat antarbangsa lumpuh, dengan Barat, negara Arab Teluk dan Turki menyeru penggulingan Bashar, sementara Rusia dan China berdiri bersama sekutunya, demikian AFP.
Redaktur : Hamzah Sahal
Sumber : Antara