Peserta KTI Maroko Hadiri Seminar Internasional yang Bahas Pemikiran Abu Hayyan At-Tauhidi
Selasa, 22 Oktober 2024 | 22:00 WIB
Sesi pose bersama usai Seminar Internasional yang membahas pemikiran Abu Hayyan At-Tauhidi di Rabat, Maroko, Selasa (22/10/2024). (Foto: dok istimewa)
Rabat, NU Online
Para peserta Program Beasiswa Kementerian Agama (Kemenag) yang bekerja sama dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dalam program Kepenulisan Turots Ilmiah (KTI) menghadiri seminar internasional yang diselenggarakan oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Dunia Islam (ICESCO) di Rabat, Maroko, pada Selasa (22/10/2024).
Seminar tersebut mengusung tema International Seminar, Civilizational Insights in the Thought of Abu Hayyan At-Tauhidi yang membahas pemikiran dan sejarah salah satu intelektual Muslim terbesar, Abu Hayyan At-Tauhidi.
Acara ini mengupas secara mendalam pemikiran Abu Hayyan At-Tauhidi, seorang filsuf, sastrawan, dan humanis Muslim yang menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi.
Abu Hayyan At-Tauhidi lahir di Persia pada 923 M. Ia menjadi salah satu figur penting dalam perkembangan pemikiran Islam klasik yang menekankan keragaman dan keterbukaan intelektual.
Melalui seminar ini, para cendekiawan dan peneliti dari berbagai negara turut membahas cara At-Tauhidi mengembangkan wacana intelektual yang menghargai perbedaan budaya dan pandangan, serta relevansi pemikirannya yang terus hidup dalam konteks dunia modern.
Direktur Umum Pusat Kebudayaan dan Islam di London Ahmad Ad-Duiban menjelaskan bahwa Abu Hayyan At-Tauhidi berhasil menggabungkan antara sastra dan filsafat dalam karya-karyanya.
“At-Tauhidi menggabungkan aliran sastra dan filsafat, serta perpaduan mendalam antara keduanya, yang melahirkan pemikiran modern dalam konteks Islam,” jelasnya.
Direktur Jenderal ICESCO Salem Al-Malik menyoroti pentingnya peran At-Tauhidi dalam menginspirasi peradaban melalui semangat pluralisme dan toleransi.
"Warisan At-Tauhidi ditandai dengan keunggulan yang luar biasa dan kejelasan yang gemilang. Ia mengarahkan pemikiran kepada bangsa-bangsa dan peradaban dunia, menempatkan dirinya di barisan terdepan para pelopor yang menyerukan penghargaan terhadap keragaman budaya. Pemikirannya mendahului zamannya, mengajak umat Islam untuk menolak fanatisme buta dan rasisme yang tidak beralasan,” ujar Al-Malik.
Sementara itu, Pendiri Markaz Inma lil Abhats wad Dirasah al-Mustaqbaliah Prof Mariam Ait Ahmed memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai sosok At-Tauhidi.
Ia menyatakan bahwa Abu Hayyan At-Tauhidi (923-1023 M) adalah salah satu filsuf dan pemikir Arab terkemuka pada abad keempat hijriah (kesepuluh Masehi).
At-Tauhidi dianggap sebagai seorang intelektual ensiklopedis yang cemerlang di berbagai bidang, termasuk filsafat, sastra, dan retorika. Ia juga merupakan seorang kritikus sosial dan budaya, yang menjadikannya sosok berpengaruh dalam pemikiran Islam klasik.
Para peserta beasiswa Kemenag-LPDP turut berperan aktif dalam seminar ini, menyerap pemahaman mendalam tentang khazanah turots ilmiah dan kontribusi pemikiran Islam klasik terhadap wacana global.
Kehadiran mereka di acara ini menjadi bagian dari upaya strategis untuk mempelajari, menjaga, dan mengembangkan warisan intelektual Islam yang kaya, sehingga dapat memberikan kontribusi berarti bagi dunia kontemporer yang semakin terhubung dan kompleks.
Dengan menghadiri acara ini, para peserta juga diperkuat dengan wawasan yang lebih luas dalam mengkaji relevansi pemikiran klasik dengan tantangan-tantangan modern, serta memperkaya dialog lintas budaya dan intelektual yang menjadi ciri khas pemikiran Abu Hayyan At-Tauhidi.