Oleh H Khumaini Rosadi
Welcome to Hong Kong.
Deg-degan juga ketika sampai di Bandara Internasional Hongkong melewati bagian imigrasi untuk mendapatkan stempel visa on arrival, izin masuk ke kota Hong Kong, Sabtu (18/5). Ada hikmahnya juga punya wajah oriental dan berpakaian kasual tapi sopan. Saya mudah dan lancar saja saat di depan petugas imigrasi yang mencocokkan wajah dan paspor saya. Tidak ada interview khusus.
Sesampainya di bandara, para visitor atau turis harus menulis potongan kertas kecil ukuran seperempat quarto. Isinya menjelaskan keterangan data diri sesuai dengan keterangan di paspor. Nama keluarga, nama panggilan, jenis kelamin, nomor paspor, tempat dan tanggal paspor dibuat, kewarganegaraan, tempat tanggal lahir, alamat tinggal di Hongkong, alamat rumah di Indonesia, nomor penerbangan danasal penerbangannya.
Lega rasanya setelah terbang dari Jakarta (CGK) Bandara Internasional Soekarno-Hatta pukul 14.20 WIB, dan sampai di Bandara Internasional Hongkong pukul 20.25 waktu setempat. Perbedaan waktu di Hongkong dengan Jakarta adalah satu jam lebih dulu daripada Jakarta. Waktu Hongkong sama dengan waktu Indonesia Tengah (Wita), sama dengan waktu domisili saya, Bontang. Sehingga sesampainya di sini, saya tidak mengalami jetlag--kebingungan karena perbedaan waktu yang banyak.
Berkomunikasi dengan anak dan isteri di Bontang pun tidak ada kendala. Berbeda ketika saya di tahun 2017 lalu ditugaskan berdakwah di Italia, dan tahun 2016 sebelumnya di Belanda. Di kedua negara itu perbedaan waktunya dengan Indonesia mencapai enam jam. Ini yang menyulitkan komunikasi dengan keluarga di Indonesia. Sementara di Indonesia terjaga, di Eropa waktu istirahat. Sementara di Indonesia sudah pagi, di Eropa masih malam. Kesulitan itu tidak terjadi di Hong Kong.
Berpuasa di Hong Kong merupakan pengalaman pertama saya, tetapi saya sudah banyak mendapatkan referensi kisah-kisah menarik dan menginspirasi dari temana-teman dai yang bertugas di Hong Kong sebelumnya. Alhamdulillah saudara-saudara Muslim Indonesia di Hong Kong dapat menjalankan puasanya dengan baik dan khidmat. Sesuai jadwal Imsakiyah Hong Kong, hari ini, Sabtu (19.5) pukul 4.11 sudah mulai subuh. Adapun waktu berbuka atau saat maghrib pada pukul 18.58. Artinya sekitar 15 jam berpuasa warga Muslim Indonesia di Hong Kong menahan haus dan lapar sambil bekerja. Semua dilakukan dengan penuh ceria demi kebahagiaan keluarga di Indonesia.
Semangat mereka untuk mendapatkan tambahan ilmu dari dai-dai Indonesia sangat besar. Untuk sekarang saja, selain saya dikirim tiga dai lainnya (ini pun sepertinya masih kurang) untuk menyampaikan pesan-pesan kebaikan. Kami harus menyuarakan Islam Rahmatan lil alamin dan akan disebar ke berbagai majelis taklim Buruh Migran Indonesia (BMI) yang ada di Hong Kong.
(Baca: 170 Ribu BMI Semarakkan Ramadhan di Hong Kong)
Tim dai yag dikirim ke Hong Kong menjadi bagian dari 25 dai yang disebar ke berbagai negara. Keduapuluh lima dai ini diseleksi dari tujuh ratus orang dari seluruh Indonesia. Dai ambassador Hong Kong terdiri dari tiga ustadz dan satu ustadzah yang berasal dari propinsi dan kota berbeda-beda. Saya, Khumaini Rosadi berasal dari Bontang Kalimantan Timur, Ismail Hasan berasal dari Madiun Jawa Timur, Dzulfirman berasal dari Padang Sumatera Barat, dan Eva Muzlipah berasal dari Bogor Jawa Barat.
Kami mendapatkan informasi populasi Muslim Buruh Migran Indonesia (BMI) di Hong Kong lebih dari 170.000 orang. Karnaval menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan minggu lalu diikuti oleh sekitar 1.500 BMI. Padahal diprediksi seribu saja. Karnaval ini mendapatkan kata selamat–congratulation dari bule-bule yang ada di Hong Kong sebagai ungkapan kekaguman mereka pada kompaknya BMI menyambut Ramadhan 1439 H.
Ini menunjukkan semangat yang begitu besar berpuasa di Hong Kong. Ramadhan karim, semoga menjadi berkah untuk semuanya mendapatkan ridla Allah SWT. Amin.
H Khumaini Rosadi, Corps Dai Ambassador, Tim Inti Dai Internasional dan Multimedia (TIDIM) LDNU, Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STITSYAM) Bontang, Guru SMA YPK Bontang, Imam Besar Masjid Agung Al-Hijrah Kota Bontang, Penulis Buku Fathul Khoir – Memahami Tajwid dengan 300 bait Syair, Perjalanan Dakwah di Eropa, Al-Ma’shumi–Metode mudah belajar Al-Qur'an, Pengantar Mata Kuliah Praktik Keterampilan Ibadah, Fiqih al-Hijrah–Kumpulan Tanya Jawab Fiqih di al-Hijrah.