Tiga Kunci Tingkatkan Kualitas SDM NU di Kancah Internasional
Ahad, 15 Agustus 2021 | 03:30 WIB
Ketua Umum PP MATAN, M Hasan Chabibie, saat berbicara dalam diskusi virtual di TVNU. (Foto: Tangkapan layar YouTube TVNU)
Jakarta, NU Online
Ketua Umum PP Mahasiswa Ahli Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah (MATAN), M Hasan Chabibie, mengatakan ada tiga kunci yang harus dipersiapkan santri untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) Nahdlatul Ulama menjelang satu abad NU yang akan menjadi tren dan pergerakan dunia internasional.
Pertama, soal penguasaaan bahasa. Menurut dia, penguasaan bahasa saat ini menjadi salah satu problem serius yang harus dihadapi setiap orang tak terkecuali santri.
“Suka tidak suka, penguasaan bahasa sangat mandatory (wajib) dikuasai hari ini karena untuk komunikasi ke semua level,” kata Hasan dalam dialog Diaspora Santri menuju Satu Abad NU dan Indonesia 2045, yang disiarkan melalui TVNU pada Sabtu (14/8).
Menurut dia, di luar bahasa pesantren (Arab) dan pengantar bahasa (Indonesia), hampir semua syarat melanjutkan studi ke luar negeri adalah penguasaan bahasa. “Ini yang menjadi modal dasar yang harus dikuasai santri,” tandasnya.
Kedua, lanjut Hasan, syarat mutlak untuk prospek ke depan dalam mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang baik adalah literasi teknologi dan data.
“Hari ini, jika membicarakan buta huruf, bukan orang yang tidak bisa baca lagi. Akan tetapi, orang yang tidak bisa mencerna informasi dengan baik sehingga kadang terjebak hoaks dan rawan dipelintir,” ungkap praktisi pendidikan itu.
Dikatakan, hari ini kecakapan penguasaan terhadap literasi teknologi dan data menjadi prasyarat. Oleh karena itu, siapa pun baik santri atau bukan harus mampu melakukan forecasting (peramalan) dalam membaca data, grafik, analisis dari angka-angka yang selama ini bertebaran di sosial media.
“Hal itu penting untuk prepare (persiapan) kualitas SDM ke depan,” imbuh Kepala Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kemendikbud Ristek ini.
Ia mengungkapkan, literasi digital dan data saat ini menjadi salah satu kunci untuk bisa melakukan lompatan ke depan karena tidak ada batasnya. Maka, hal itu harus dimaksimalkan oleh para santri.
Ketiga, pentingnya memahami kebhinnekaan dan menjahit sebuah relasi yang menguntungkan bagi semua pihak. Sebab, pekerjaan rumah hari ini adalah memelihara dan menjalin kolaborasi yang memungkinkan aspek-aspek yang diperoleh itu menguntungkan.
“Ini yang dimainkan luar biasa dan cantik oleh Gus Dur dan diteruskan oleh Kiai Hasyim Muzadi sehingga mampu mengangkat NU ke pentas internasional. Tiga aspek tersebut perlu dimaksimalkan dengan baik,” pesannya.
Pantauan NU Online, diskusi seru yang berlangsung hampir dua jam ini dimoderatori oleh Avika Afdiana Khumaedi, mahasiswi pascasarjana Universitas Muhammad V Rabat, Maroko.
Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Musthofa Asrori