Tnis, NU Online
Menteri Luar Negeri Tunisia Rafik Abdesslem menyeru masyarakat internasional agar mendukung upaya campur tangan kemanusiaan untuk membantu meringankan penderitaan rakyat Suriah, demikian laporan kantor berita resmi Tunsia, TAP, Ahad (30/9) mengutip Kementerian Luar Negeri.
<>
Abdesslem, yang berada di New York untuk menghadiri pertemuan ke-67 Sidang Majelis Umum PBB, juga ikut dalam apa yang disebut konferensi "Teman-Teman Suriah" --yang dipimpin Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton dan Sekretaris Jenderal Liga Arab Nabil al-Arabi.
Selama berpidato, Abdesslem kembali menyampaikan gagasan Tunisia untuk mendirikan kamp pengungsi di Jordania, yang dioperasikan oleh staf medis Tunisia, guna 'meringankan penderitaan rakyat Suriah," demikian laporan Xinhua, Senin pagi.
Ia juga menyeru masyarakat internasional untuk mendukung upaya utusan khusus gabungan PBB-Liga Arab untuk Suriah, Lakhdar Brahimi, guna membantu semua pihak terkait dalam mencari penyelesaian yang memenuhi kebutuhan rakyat Suriah.
Sabtu pekan lalu (29/9), ratusan toko dilahap api di pasar kuno di Aleppo ketika berkecamuk pertempuran antara gerilyawan dan personel militer pemerintah di kota terbesar Suriah itu yang mengancam juga warisan dunia UNESCO.
Demonstrasi yang berubah menjadi perang saudara kini bergolak di seluruh Suriah dan telah menewaskan lebih dari 30.000 orang, kata kelompok pegiat Observatorium Suriah bagi Hak Asasi Manusia.
Malaysia, pada hari yang sama, mengutuk kerusuhan dan pembunuhan tanpa perasaan di Suriah, yang telah terjerumus ke dalam krisis politik sejak Maret 2011, dan menekankan setiap langkah yang diambil mengenai krisis berkepanjangan itu harus demi kepentingan rakyat Suriah.
Dalam Debat Umum Ke-67, Sidang Majelis Umum PBB --yang dijadwalkan berakhir pada Senin (1/10), Menteri Luar Negeri Malaysia Anifah Aman berkata, "Kami terus merasa sangat prihatin sehubungan dengan situasi di Suriah. Kami mengutuk kerusuhan dan pembunuhan tanpa perasaan yang telah dan terus terjadi."
Redaktur : Hamzah Sahal
Sumber : Antara