Kairo, NU Online
Sebuah penelitian baru secara online pada warga Norwegia terhadap imigran menunjukkan, mereka skeptis wanita Muslim yang menggunakan hijab, hal ini menunjukkan simbol “keasingan”.
<>
“Hijab menjadi simbol penting dari ‘keasingan’,” kata Zan Strabac, associate professor di Sør-Trøndelag University College, kepada harian Klassekampen. The Foreigner melaporkan pada Kamis (19/9).
“Menarik mengetahui dengan tepat, apakah konotasi negatif dengan hijab ini timbul pada populasi mayoritas,” tambahnya.
Sebuah penelitian eksperimental dilakukan untuk mengetahui sikap orang Norwegia pada imigran, partisipan survey online menunjukkan gambaran yang berbeda terhadap perempuan yang sama, ketika menggunakan atau tidak menggunakan hijab.
“Gambaran yang dimunculkan pada subyek adalah Kristen atau Muslim ketika tidak menggunakan hijab dan Muslim ketika menggunakan hijab.
Subyek yang menjadi penelitian adalah seorang kolega Portugis yang bisa terlihat mirip dengan orang keturunan Timur Tengah.
Menurut Strabac, yang melakukan studi kolaborasi, bukan agama wanita tersebut yang menjadi masalah kecurigaan, tetapi hijab itu sendiri.
Islam melihat hijab sebagai kewajiban dalam tata cara berpakaian, bukan simbol agama untuk menunjukkan afiliasi seseorang.
Isu hijab mulai membesar sejak Perancis melarang penggunaannya di tempat-tempat publik pada 2004. Sejak saat itu, beberapa negara Eropa mengikuti aturan tersebut.
Persoalan hijab kembali menjadi headline pada Januari 2013 setelah pemerintah Norwegia melarang sebuah proposal yang memungkinkan polisi wanita beragama Islam menggunakan hijab ketika sedang bertugas.
Meskipun hasil studinya seperti itu, seorang profesor dalam bidang kerja sosial berpendapat Muslimah sebaiknya tetap menggunakan hijab.
“Biaya menggunakan hijab cukup tinggi,” kata Marco Valenta, profesor di Trondheim’s University of Science and Technology (NTNU), Department of Social Work and Health Science.
“Tetapi, sikap terhadap Muslim tidak lebih negatif dibandingkan sikap terhadap wanita lain dengan latar belakang imigran yang tidak menggunakan hijab.”
Hasil survey dilakukan secara obyektif, katanya.
“Skor tidak seburuk Muslim yang tidak menggunakan simbol dalam kehidupan personal mereka,” kata Valenta seperti dilansir Klassekampen.
“Terdapat jarak sosial baik pada Muslim dan Kristen, selalu terdapat pengaruh imigran, tetapi tidak semakin membesar ketika hal ini terkait dengan Muslim.”
Muslim Norwegia diperkirakan berjumlah 150.000 dari 4.5 juta populasi, sebagian besar berasal dari Pakistan, Somalia, Irak dan Marokko.
Terdapat sekitar 90 organisasi Muslim dan Islamic Center di seluruh negara Eropa Utara. (onislam.net/mukafi niam)