Jatim

Rahasia Harlah NU di Bulan Rajab menurut KH Ahmad Sadid Jauhari

Jumat, 18 Februari 2022 | 09:00 WIB

Rahasia Harlah NU di Bulan Rajab menurut KH Ahmad Sadid Jauhari

KH Ahmad Sadid Jauhari saat menjelaskan rahasia peringatan harlah NU di bulan Rajab. (Foto: NOJ/LTNNU Lumajang)

Lumajang, NU Online Jatim
Para muassis atau pendiri Nahdlatul Ulama (NU) mendirikan jamiyah NU di bulan rajab memiliki arti tersendiri. Menurut Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ahmad Sadid Jauhari, makna di balik hari lahir (Harlah) NU di bulan Rajab itu di antaranya terdapat sisi penguatan ideologi Ahlussunnah wal Jama’ah atau Aswaja. 
 

Hal tersebut disampaikan Pengasuh Pondok Pesantren Assunniyyah, Kencong, Jember itu saat menghadiri peringatan Harlah ke-99 NU oleh Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Lumajang, Rabu (16/02/2022) di Pendopo Arya Wiraraja.
 

"Ada yang tidak kalah penting dalam perayaan Harlah pada bulan Rajab ini, di sana ada misi penguatan Aswaja tentang peristiwa Isra' sekaligus Mi'raj Rasulullah SAW,” katanya. 
 

Disampaikan kiai yang masuk jajaran Rais Syuriyah PBNU masa khidmah 2022-2027 ini bahwa dua peristiwa tersebut diimani oleh kaum muslimin, termasuk tentu saja warga Nahdlatul Ulama. 
 

Menurut Kiai Sadid ideologi kaum di luar Aswaja seperti Syiah sangatlah bertolak belakang dengan Aswaja. Sehingga dengan peringatan Harlah di bulan Rajab secara otomatis peristiwa Isra'  terutama Mi'raj Nabi dapat tertanam betul dalam keimanan Nahdliyin.
 

"Menurut mereka peristiwa itu banyak kejanggalan. Mereka beranggapan jika cerita shalat yang aslinya 50 waktu menjadi 5 waktu sangat tidak masuk akal karena sama saja menunjukkan plin-plannya Allah. Padahal kita beranggapan bukan seperti itu, tapi itu karena rahmat Allah sehingga shalat menjadi lima, tetapi pahalanya sama dengan 50 waktu," terang Kiai Sadid.
 

Lebih lanjut dirinya menuturkan Harlah NU dengan hitungan hijriyah ini menjadi prioritas yang harus dirayakan, sebab sama halnya menjaga kultur NU yang kental dengan kesantrian. Sehingga tradisi ilmu falaq yang dikembangkan di pesantren terus lestari. 
 

"Termasuk juga efisiensi waktu, jadi selain Harlah sekalian peringatan Isra' dan Mi'raj," pungkas Kiai Sadid.


Terkait