Kesehatan

Faktor Anak Mudah Gampang Membunuh, dari Kepribadian hingga Pola Asuh

Selasa, 30 Juli 2024 | 17:00 WIB

Faktor Anak Mudah Gampang Membunuh, dari Kepribadian hingga Pola Asuh

Ilustrasi (Foto: Freepik)

Jakarta, NU Online

Pelaku pembunuhan di usia muda makin meningkat, termasuk di kalangan pelajar dan mahasiswa pada tahun 2024. Terkait hal ini, Psikolog Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia), Maryam Alatas, menyampaikan bahwa perilaku membunuh bisa dilihat dari keperibadian seseorang dan bisa dilihat dari cara berperilakunya. 


“Kalau dilihat ciri kepribadian, seseorang bisa saja memiliki kepribadian psikopat atau mengalami gangguan kepribadian anti-sosial. Hal ini ditandai dengan tidak ada perasaan bersalah dan menyesal atas perilakunya,” ujar Maryam dihubungi NU Online, Kamis pekan lalu di Jakarta.

ADVERTISEMENT BY OPTAD


Maryam menegaskan, untuk memberikan kewaspadaan terkait pola asuh yang tepat, maka bisa terus memantau perkembangan anak. Dia juga menegaskan bahwa salah dalam pengasuhan juga dapat menjadi salah satu faktor seseorang dapat melakukan pembunuhan.


“Antisipasi pada anak atau individu dengan usia anak-anak dengan pola pengasuhan yang tepat. Karena salah satu faktor seseorang menjadi pembunuh selain faktor ekonomi, lingkungan, tontonan yang menunjukkan perilaku agresif, juga pola pengasuhan,” tegas Maryam. 


Anak muda gampang membunuh juga terkait kondisi kekerasan yang dialaminya. Pengurus Lembaga Kemaslahatan Keluarga Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LKK PBNU), Ervi Zidni el-Ma’ani menjelaskan 5 cara mendidik anak agar tidak menjadi pelaku.

 
  1. Menjadi teladan yang baik bagi anak. Seorang anak melakukan pembelajaran dengan cara meniru, oleh karena itu bagaimana orang tua berperilaku hal tersebut akan berpengaruh pada karakter dan tumbuh kembang anak.
  2. Jalin kedekatan dengan anak. Kedekatan dengan anak merupakan cara membangun ikatan emosional yang kuat antara orangtua dan anak. Anak yang bermasalah cenderung memiliki kurangnya kedekatan dengan orang tua. 
  3. Mengawasi anak. Pengawasan anak mengenai respon yang tepat pada orang lain, contohnya ketika anak sedang diganggu maka kita bisa memberikan pengertian bahwa perilaku tersebut tidak baik untuk dilakukan. 
  4. Jauhkan tindak kekerasan dari rumah. Menghindari perbuatan kasar sangatlah penting untuk dilakukan, karena hal tersebut dapat menjadi hal yang menakutkan dan berbahaya bagi seorang anak. Dikhawatirkan anak yang menyaksikan kekerasan di rumah dapat menggunakan kekerasan sebagai penyelesaian masalah.
  5. Hindari tontonan aksi kekerasan. Mengontrol apa yang dilihat anak seperti televisi, film, dan video game karena akan berdampak negatif bagi anak dan khawatir anak-anak akan meniru apa yang mereka lihat.


Melansir data yang di ambil dari Pusat Informasi Kriminal (Pusiknas) Kepolisian Republik Indonesia (Polri) terdapat 20 pelajar menjadi pelaku pembunuhan di sepanjang Januari hingga Mei 2024.

ADVERTISEMENT BY OPTAD


Polri juga memberikan data 4 tahun terakhir (2019-2022) terdapat 3.335 orang yang tewas menjadi korban pembunuhan dengan sebagian besar korban berjenis kelamin laki-laki. Motif dari pembunuhan tersebut diketahui sebagai perampokan, hubungan asmara dan motif lainnya.