Kepala BRG Nazir Foead (kedua dari kiri) mengunjungi lahan yang telah dialihfungsikan menjadi lahan budidaya sagu
Jakarta, NU Online
Badan Restorasi Gambut (BRG) terus melakukan pemulihan lahan gambut di Provinsi Papua. Tujuannya adalah untuk menyelamatkan dan memulihkan fungsi hidrologis ekosistem gambut yang telah terdegradasi.
Program pemulihan gambut dilaksanakan dengan program pendampingan budidaya sagu oleh masyarakat Papua. Program tersebut diarahkan untuk menjadikan Papua sebagai sentra sagu di Indonesia, khususnya di Kabupaten Mappi.
Kepala BRG Nazir Foead mengatakan Provinsi Papua merupakan salah satu dari tujuh provinsi prioritas restorasi gambut. Di Kawasan Indonesia Timur itu, BRG melakukan revitalisasi ekonomi masyarakat melalui pengembangan peternakan, pengolahan hasil perikanan dan budidaya sagu.
"Pada 2018, 11 paket revitalisasi ekonomi sudah dilaksanakan di Kabupaten Merauke dan Kabupaten Mappi, yang berdampak pada upaya restorasi 1.100 hektar ekosistem gambut di Papua," katanya sebagaimana rilis yang diterima NU Online, Jumat (24/5).
Menurut Nazir, tahun ini pihaknya merencakan 20 paket revitalisasi ekonomi yang akan diberikan kepada kelompok masyarakat di 20 kampung di Kabupaten Merauke, antara lain 5 kampung di Kabupaten Merauke dan 15 Kampung di Kabupaten Mappi.
Dikatakannya, karakteristik gambut di Papua tergolong gambut muda yang masih lestari dan belum banyak diubah menjadi lahan pertanian. Sedangkan di sekitar ekosistem gambut di Papua belum memiliki kanal sehingga air tetap menggenangi gambut dengan baik.
"Maka dari itu infrastruktur pembasahan ekosistem gambut tidak perlu untuk dibangun. Fokus BRG adalah mendampingi masyarakat sekitar memanfaatkan ekosistem gambut secara tradisional namun memberikan manfaat optimal ekonomi dan ekologis," ucapnya.
Di Kabupaten Mappi, tahun 2019, BRG merencanakan menyerahkan 15 paket revitalisasi ekonomi kepada 15 kelompok masyarakat di sekitar ekosistem gambut. Mereka tersebar di empat kecamatan yaitu di Obaa, Nambloman Bapai, Haju dan Passue.
"Bantuan yang diberikan adalah demplot budidaya sagu dan merupakan kelanjutan paket revitalisasi ekonomi pada 2018," ujarnya.
Sebelumnya, budidaya sagu dan pengolahan sagu menjadi salah satu fokus kegiatan pemberdayaan pendampingan masyarakat oleh BRG di Kabupaten Mappi. Budidaya dilakukan dengan merawat tumbuhan sagu. Sementara pengolahannya dilakukan dengan mengolah sagu menjadi aneka makanan yang bernilai ekonomi, termasuk memproduksi sagu menjadi bahan setengah jadi yang siap dipasarkan ke sejumlah daerah yang membutuhkan.
Bupati Mappi, Papua, Kristosimus Yohanes Agawemu, mengatakan pemilihan sagu sebagai objek program BRG di Kabupaten Mappi semata mata karena ingin sagu yang berfungsi sebagai makanan pokok, tidak hilang dari tanah Papua. Menurutnya, saat ini masyarakat Papua mulai banyak yang meninggalkan budidaya sagu karena menganggap sudah ada makanan pokok lain, misalnya beras.
“Padahal, beras yang dikirim dari daerah lain kerap terganjal oleh berbagai kendala misalnya jaraknya yang sangat jauh yang menyebabkan tidak terkirimnya beras tersebut. Juga tidak ada petani yang melakukan budidaya padi,” ujarnya.
Ia menuturkan, ada dua priortas dalam pengembangan budidaya sagu di Kabupaten , antara lain pemeliharaan terhadap sagu yang tumbuh secara alami dan budidaya sagu yang dikelola sejak awal oleh masyarakat.
"Itu sudah kami bicarakan dengan BRG, BRG telah memberikan kami ruang untuk ada pengembangan bagaimana pengelolaan dan pemanfaatan sagu untuk menghasilkan produk produk turunan yang bisa menghasilkan ruang manfaat ekonomi rumah tangga yang lebih baik," urainya kepada NU Online beberapa waktu lalu. (Abdul Rahman Ahdori/Aryudi AR).