Lingkungan

Lahan Gambut Dikelola Sistematis, LPP PBNU: Kita Bisa Untung

Senin, 27 Mei 2019 | 16:15 WIB

Jakarta, NU Online
Petani yang hidup di kawasan gambut tidak perlu cemas dan bingung. Lahan gambut memang bisa berakibat fatal jika keliru mengelolanya. Namun, sebaliknya lahan gambut bisa menjadi kawasan yang menguntungkan jika dikelola dengan baik, terencana, dan sistematis.

Pengurus Lembaga Pengembangan Pertanian Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LPP PBNU), Miftahuddin, mengatakan gambut merupakan anugerah yang diberikan Allah kepada umat manusia. Sebab, ekosistem gambut memiliki banyak nilai manfaat yang bisa terus digali para petani. 

Untuk menggali ekosistem lahan gambut tersebut perlu ada pelatihan khusus yang dilakukan Badan Restorasi Gambut (BRG) kepada para petani di Kawasan Gambut. Ia meyakini, tanah gambut bisa dikelola seperti halnya tanah produktif lainnya. 

“Masalah alam, kita bersyukur kepada Allah diberikan anugerah berupa gambut yang begitu banyak kekayaan di dalamnya. Semoga kita bisa memaksimalkannya,” kata Miftahuddin kepada NU Online, Ahad (26/5) malam. 

Untuk itu, tambahnya, perlu ada kemauan kuat dari petani untuk mempelajari tata cara mengelola lahan gambut agar bisa subur dan menghasilkan berbagai tumbuhan bernilai ekonomi. Misalnya, dapat ditanam sayur-mayur dan beragam buah-buahan yang kaya manfaat.

Ia menegaskan, membakar gambut yang kerap dilakukan masyarakat harus segera ditinggalkan agar kesehatan gambut kembali pulih. Pembuatan kanal yang dilakukan BRG, lanjut Miftah, tak akan maksimal jika para petani tidak ikut serta menjaganya. 

“Kalau dulu membakar, sekarang kita ubah dengan tidak membakar. Membakar semangat boleh. Bakar gambut tidak boleh,” tandasnya. 

LPP PBNU, ucap Miftah, berkomitmen mengembangkan pertanian dari Sabang sampai Merauke terkhusus bagi para petani yang dibina NU.

"Saya mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk ikut serta menjaga lingkungan, agar alam Indonesia tetap sehat dan memberikan manfaat," pungkas Miftah. (A Rahman Ahdori/Musthofa Asrori)


Terkait