Hulu Sungai Utara, NU Online
Wakil Ketua Lembaga Pengembangan Pertanian Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LPP PBNU), Miftahuddin mengatakan, merawat dan menjaga lahan gambut merupakan perintah yang diajarkan nabi Muhammad SAW. Hal itu karena Islam telah menugaskan kepada setiap manusia untuk terus menjaga kesehatan bumi dari berbagai ancaman.
Bahkan, mengelola lahan gambut dengan cara menanam pohon adalah pekerjaan yang bernilai pahala dan telah tertulis dalam Hadits nabi. Hadis tersebut kata Miftah, adalah:
ما من مسلم غرس غرسا فأكل منه إنسان أو دابة إلا كان له به صدقة
Artinya, barang siapa di antara umat muslim yang menanam sebuah pohon lalu ada orang atau hewan yang memakan dari pohon tersebut niscaya akan dituliskan baginya sebagai pahala sedekah.
Pernyataan terkait dengan menjaga lingkungan dan merawat kesehatan gambut itu disampaikan Miftahuddin saat mengisi kegiatan Doa Bersama Menuju Kalimantan Selatan Hijau dan Sosialisasi Mengelola Lahan Gambut tanpa Bakar di Pesantren Darul Yatama, Pinang Habang Amuntai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara Provinsi Kalimantan Selatan, Jumat (17/5).
Ia menambahkan, pohon yang ditanam lantas memberikan manfaat untuk makhluk lain kemudian akan menjadi aset pahala yang terus mengalir meski orang yang menanamnya tersebut telah meninggal dunia. "Jadi kita melestarikan alam meningkatkan produktifitas alam niscaya akan menjadi pahala meski sudah mati," tuturnya.
Miftahuddin mengajak kepada masyarakat Kalimantan Selatan untuk serius menjaga kesehatan gambut dengan tidak membakar tanah gambut secara serampangan. Karena akan mengakibatkan berbagai dampak buruk untuk lingkungan dan kesehatan masyakat.
Miftah mengaku upaya itu tidak akan maksimal jika hanya dilakukan oleh LPP PBNU dan BRG, perlu kesadaran masyarakat dan keterlibatan pemerintah daerah dalam memantau serta mengelola lahan gambut di pulau burneo itu.
"Dalam pelaksanaanya tidaklah cukup dalam memasimalkan pengelolaan lahan gambut. Karena itu kami dari LPP PBNU berharap baik para pimpinan daerah di desa, kecamatan dan kabupaten harus bersama sama mengupayakan program mengelola lahan gambut tanpa bakar secara maksimal," katanya.
Ia meyakini pertemuan sederhana itu tidak akan sia-sia, karena tidak ada usaha yang tidak memiliki hasil. Persoalan gambut, ujar dia, adalah persoalan lingkungan yang bisa berakibat fatal jika tidak dikendalikan oleh masyarakat dan lembaga terkait seperti BRG.
Dampak yang sudah terjadi misalnya, kebakaran gambut telah mengakibatkan jutaan orang terkena zat berbahaya yang ditimbulkan dari asap gambut yang terbakar.
Hadir pada kegiatan itu, Pengurus Yayasan Darul Yatama, Umailah, Kepala Sub Kelompok Kerja Edukasi Sosialisasi dan Pelatihan pada Badan Restorasi Gambut (BRG), Deasy Efnidawesty, Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Kalimantan Selatan, H Amin, ratusan santri Pondok Pesantren Darul Yatama dan masyarakat Pinang Habang.
(Abdul Rahman Ahdori/Muiz)