7 Kunci Sukses Jadi Konten Kreator yang Paham Literasi Digital
Sabtu, 20 Agustus 2022 | 07:00 WIB
Seminar literasi digital dengan tema Menerjemahkan Islam ramah untuk negeri di Pondok Pesantren Assalafiyah Mlangi, Sleman, Yogyakarta, Jumat (19/8/2022).
Yogyakarta, NU Online
Anggota Lembaga Ta’lif wa Nasyar (LTN) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Daerah Istimewa Yogyakarta Ahmad Lailatus Sibyan menjelaskan tujuh kunci sukses menjadi konten kreator di era digital.
Hal ini disampaikannya saat mengisi literasi digital dengan tema Menerjemahkan Islam ramah untuk negeri di Pondok Pesantren Assalafiyah Mlangi, Sleman, Yogyakarta, Jumat (19/8/2022).
“Kunci sukses konten kreator yang pertama kenali target audience, lakukan analisa seperti umur, jenis kelamin, tempat tinggal, bekerja, bersosialisasi dan digital platform apa yang sering digunakan. Dengan demikian saat membuat konten busa maksimal dan bermanfaat,” jelasnya.
Ia menambahkan, kunci sukses kedua yaitu pilih platform atau media sosial untuk membuat konten. Setiap platform memiliki karakteristik masing-masing. Ini bisa disesuaikan dengan konten yang pas untuk dipublikasikan.
Youtube diakses dari berbagai kalangan, anak-anak hingga lansia. Untuk Facebook diakses umur 30 tahun ke atas, instagram didominasi pengakses usia 30 tahun ke bawah dan penyuka foto. Tik tok diakses usia 25 tahun dan penyuka video pendek. Twitter dimainkan oleh pengguna teks padat, tidak bertele-tele dan usianya di atas 25 tahun.
“Kita semua adalah konten kreator karena kita semua pasti pernah membuat tulisan, menyebarkan foto, video di media sosial. Karena konten kreator hakikatnya adalah orang yang membuat suatu konten baik berupa tulisan, gambar, suara, video atau gabungan dari satu materi atau lebih untuk tujuan tertentu. Bisa digunakan untuk edukasi, promosi, hiburan atau sekedar informasi,” kata pria yang juga konten kreator ini.
Dikatakan, kunci ketiga, buat konten sesuai dengan style dan passion. Di media sosial ada daily vlog, hiburan, kecantikan, edukasi, gaming, dan lainnya. Kamu harus tahu jenis konten yang mau dibuat. Jika passionnya santri maka buat ke pesantrennya dan keislaman. Bisa wawancara kiai, olah hasil ngaji dan buat info grafis serta meme.
Keempat, konsisten dan aktif di media sosial. Bangun jejaringan dengan konten kreator lainnya untuk nambah wawasan dan ide konten baru dan belajar cara meningkatkan engagement sosial media.
“Konsisten posting akan membuat audiens terbiasa dengan jadwal posting dan mengharapkan konten. Bisa meningkatkan follower,” sarannya.
Kunci kelima yaitu selalu update dan mengikuti tren kekinian. Semisal bab nikah atau amalan tertentu. Langkah keenam, lalukan penilaian dan evaluasi terhadap dan ketujuh harus konsisten, konsisten adalah kunci.
“Tips menjadi konten kreator bisa jadi Story teller, fokus satu bidang, video sebagai media, bantuan personal branding,” ujar Sibyan.
Sebentar itu, anggota LTN PBNU dan redaktur detik.com Erwin Dariyanto mendukung santri untuk jadi konten kreator. Hal ini karena 99,1 persen pengguna media sosial mengakses lewat perangkat mobile seperti smartphone.
Pengguna internet Indonesia tumbuh 15,5 persen menjadi 202,6 juta. Padahal sebuah laporan pada Januari 2021 menunjukkan pengguna internet di Indonesia ada sekitar 61,8 persen atau sekitar 170 juta dari total 274 kuta penduduk yang aktif gunakan internet.
“Laporan Hootsuite (We Are Social) menunjukkan bahwa pengguna internet didominasi kalangan muda usia 25-35 tahun. Rata-rata orang Indonesia menghabiskan waktu 194 menit (3 jam 14 menit) dalam sehari untuk mengakses media sosial,” bebernya.
Ia menjelaskan hasil survei Katadata Insight Center (KIC) dan Kominfo menunjukkan bahwa masih terdapat masyarakat yang menyebarkan informasi bohong atau hoaks. Sebanyak 11,9 persen responden mengaku pernah menyebarkan kabar hoaks pada 2021. Naik dari 2020 yang 11,2 persen. Survei dilakukan pada 4-8 Oktober 2021 di 34 provinsi dan 514 kota/kabupaten.
Metode surveinya yaitu multistage random sampling dengan teknik home visit dengan melibatkan 10 ribu responden. Margin of error 0,98 persen. Ini pentingnya literasi digital. Kita saat ini pertarungan di media sosial.
“Ketika punya kemampuan literasi digital yang bagus maka punya bekal dan lebih bijak dalam bermedia sosial. Tidak mudah terpengaruh informasi yang belum jelas,” tandasnya.
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Fathoni Ahmad