8 Pandangan Ulama terkait Kapan Isra Mi'raj Nabi Muhammad saw
Selasa, 6 Februari 2024 | 13:30 WIB
Jakarta, NU Online
Masyarakat muslim dunia, khususnya di Indonesia sering memperingati peristiwa Isra Mi’raj pada tanggal 27 Rajab. Bahkan pemerintah Indonesia pun sampai memberikan alokasi libur khusus untuk peringatan ini.
Pertanyaannya, apakah Isra’ Mi’raj benar terjadi pada tanggal 27 Rajab?
Ustadz M Alvin Nur Choironi, dalam tulisan berjudul ”Benarkah Isra dan Mi'raj Terjadi pada Bulan Rajab?”yang dimuat NU Online, menyebutkan bahwa para ulama memiliki pendapat berbeda mengenai kapan terjadinya peristiwa ini.
"Para ulama berbeda pendapat terkait waktu terjadinya peristiwa Isra dan Miraj ini. Sofiyurrahman Al-Mubarakfuri dalam Rakhiqul Makhtum-nya menyebutkan enam macam pendapat yang menjelaskan waktu terjadinya Isra dan Mi'raj. Tetapi tidak ada satupun yang pasti,” tulisnya.
"Dengan demikian, tidak diketahui secara persis kapan tanggal terjadinya Isra dan Miraj,” lanjutnya.
Mengutip Al-Aini dalam Umdatul Qari dan An-Nawawi dalam Al-Minhaj, Ustadz Alvin mencatat bahwa ada beberapa tanggal terjadinya Isra dan Miraj.
8 pendapat tanggal Isra Miraj
Dalam penjelasan selanjutnya, Ustadz Alvin kemudian menyebutkan bahwa ada delapan pendapat mengenai kapan terjadinya Isra Mi'raj.
"Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa Isra dan Mi'raj terjadi pada tahun kedua setelah diutusnya Nabi Muhammad sebagai nabi. Kedua, Isra dan Mi'raj terjadi pada tahun ke-5 setelah diutusnya Nabi. Pendapat ini diamini oleh An-Nawawi dan Al-Qurthuby,” tulisnya.
"Ketiga, pendapat yang dipilih oleh Al-Manshur Faury, yakni pendapat yang lumrah dan populer di kalangan masyarakat, 27 Rajab tahun ke-10 setelah diutusnya Nabi. Keempat, pendapat Amam Al-Baihaqi yang mengutip pendapat Az-Zuhri, Isra dan Mi'raj terjadi pada Rabi’ul Awal tahun ke-13 setelah diutusnya nabi, yakni satu tahun sebelum hijrahnya Nabi ke Madinah,” lanjutnya.
Kelima, Isra dan Mi'raj terjadi pada 19 bulan sebelum peristiwa Hijrah, yakni bertepatan dengan bulan Zulqa’dah. Pendapat ini berasal dari As-Sa'di.
Keenam, peristiwa Isra dan Mi'raj terjadi pada tanggal 27 Rabiul Akhir, satu tahun sebelum hijrahnya Nabi. Ini menurut pandangan Al-Harby.
"Ketujuh, pada bulan Ramadhan tahun ke-12 setelah kenabian, yakni 16 bulan sebelum hijrahnya Nabi. Kedelapan, pada bulan Muharram 13 tahun setelah kenabian, yaitu bertepatan dengan satu tahun dua bulan sebelum hijrahnya Nabi,” jelasnya.
Dari semua pendapat tersebut, Ustadz Alvin kemudian mengutarakan alasan mengapa bisa sampai terjadi perbedaan pendapat mengenai kapan tanggal terjadinya Isra Mi'raj. Menurutnya, perbedaan ini disebabkan adanya perbedaan gaya perhitungan dari masing-masing pendapat tersebut.
"Secara pasti memang tidak bisa disimpulkan pendapat mana yang paling benar. Hanya saja, semua pendapat-pendapat tersebut mengarah kepada dua hal, yakni Isra dan Mi'raj terjadi setelah diutusnya Nabi Muhammad sebagai nabi dan sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah,” bebernya.
"Perbedaan ini dipengaruhi gaya perhitungan yang berbeda oleh masing-masing pendapat. Ada pendapat yang mendasarkan pada sebuah kejadian, seperti sudah tersebarnya Islam di Makkah dan lain sebagainya. Dan ada yang mengacu pada jumlah bulan setelah diutusnya Nabi ataupun sebelum hijrahnya nabi. Sehingga wajar jika menimbulkan banyak pendapat,” kata dia.
Untuk itu, dirinya kemudian menyarankan agar tidak usah bingung mengenai kapan seharusnya memperingati Isra Mi'raj. Sebab yang paling penting pada momen peringatan Isra dan Mi'raj adalah semangat untuk selalu mengingat usaha dan jerih payah Nabi Muhammad untuk umatnya.
“Terlebih dalam hal bilangan shalat fardhu. Serta kisah-kisah pertemuan nabi dengan berbagai kejadian yang mengiringi Isra dan Mi'raj,” jelasnya.
"Karena yang paling penting adalah belajar dari kejadian-kejadian tersebut dan muhasabah diri agar menjadi umat Nabi Muhammad saw yang taat terhadap semua tuntunan-tuntunannya,” tutupnya.